This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 24 Desember 2011

Bukti Ilmiah Kakbah Pusat Dunia

Sumur Abar - Pada awalnya, karena kebutuhan untuk standardisasi pembagian zona waktu dan peredaran tanggal di seluruh dunia, delegasi dari berbagai negara mengadakan konferensi garis bujur internasional yang dilangsungkan di Washington D.C., yang berhasil menetapkan kota Greenwich sebagai pusat bumi dan ditetapkan terletak pada garis bujur nol derajat dan dijadikan referensi tempat-tempat lain untuk menentukan nilai letak geografisnya yang disetujui oleh 22 negara dari 25 negara peserta konferensi. Dari hasil konferensi tersebut, praktis Garis Bujur Utama ditetapkan melintasi Greenwich sebagai "pusat waktu dan angkasa" dan rumah milenium baru sehingga dalam hal ini Greenwich Mean Time (GMT) adalah garis imajiner yang melintasi Greenwich dan tujuh kota lainnya dalam garis bujur ditetapkan sebagai garis bujur nol derajat dan dalam bola bumi dibagi menjadi 24 pembagian waktu dengan porsi perbedaan waktu 150/jam. Namun dalam perkembangan peradaban modern ini, penetapan Greenwich sebagai pusat bumi mulai digugat dan dijustifikasi sebagai ketetapan yang tidak ilmiah berdasarkan observasi dan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli, dalam hal ini seorang saintis Indonesia, Bambang E. Budhiyono, mengutarakan bahwa penetapan Greenwich sebagai pusat bumi tidak berdasarkan bukti ilmiah, tetapi hanya berdasarkan faktor "leluhur" dan "kebetulan". Alasannya, ternyata penetapan Greenwich sebagai pusat bumi berikut sistem GMT-nya adalah karena faktor nenek moyang Tuan Charles F. Dowd, yang sebelum diangkut dengan kapal May Flower untuk dibuang ke Amerika ternyata berasal dari Kota Greenwich, dan kebetulan di kota itu terdapat sebuah observatorium yang tergolong penting di dunia. Jika status Greenwich sebagai pusat bumi tidak berlandaskan dasar ilmiah, lalu di mana letak pusat bumi sebenarnya? Buku Ka'bah Pusat Dunia karya Saad Muhamad Al-Marsaafy ini menjawab, di sinilah kemudian mukjizat ilmiah membuktikan bahwa Kakbah merupakan pusat dunia. Pembuktian tersebut didapat setelah menggambar peta beserta semua benua di atasnya, Mekah ditemukan berada di tengah-tengah (pusat) bumi pada peta tersebut. Mekah adalah suatu pusat dari lingkaran yang menggabungkan semua benua. Dalam suatu cara mengancam, daratan bumi rata dibagi keliling Mekah. Observasi tersebut diperkuat dengan kalkulasi-kalkulasi yang dibuat menggunakan komputer membuktikan fakta tersebut, proses tersebut muncul dengan hasil berikut: pertama, dunia lama dengan mengambil sembilan kota dan pulau untuk menjadi batas-batas dari dunia lama, jarak lengkung yang dihitung di antara Mekah dan masing-masing jaraknya adalah sekitar 8.039 km. Dengan pembuktian tersebut, berarti Mekah ada di pusat dari sebuah lingkaran yang menyentuh tepi-tepi dari tiga benua yang membentuk dunia lama. Kedua, Dunia Baru, dengan perbandingan tiga lokasi, Kota Wellington di Selandia baru, Corn Horn (titik terjauh di Amerika Selatan), dan Alaska Utara (titik terjauh di Amerika Utara), jarak yang diukur adalah kira-kira 13.253 km yang mencapai titik-titik terjauh pada dunia baru dan ternyata Mekah memang ada di pusat dari suatu lingkaran yang melintasi batas-batas benua dari dunia baru. Sama halnya dengan dunia lama, lingkaran juga melintasi batas-batas timur dan barat dari kutub selatan. Secara lebih gamblang buku ini memang menjelaskan semua fakta-fakta ilmiah dari hasil riset tokoh-tokoh ahli, disertai data-data mukjizat ilmiah dan gambaran-gambaran peta dunia baru yang menunjukkan dan dengan dalil Kakbah sebagai pusat bumi serta konsep tata waktu dan pembagian zona berdasarkan standardisasi kelimuan ilmiah dan konsep waktu syari. Selain itu, dalam buku ini juga dilengkapi dengan wawasan sejarah dan kondisi Kakbah serta jazirah Arab pada umumnya ari aspek historis, geografis, dan kebudayaan sehingga buku ini sangat layak dikonsumsi oleh para praktisi dan saintis muslim, terutama yang bergelut dalam bidang geografi, astronomi, dan falak, serta masyarakat pada umumnya sebagai pengetahuan dunia baru yang lebih bernuansa ilmiah. Judul : Ka’bah Pusat Dunia, Sebuah Mukjizat Ilmiah Penulis : Saad Muhamad Al-Marsafy Penerjemah : Iwan Nurdaya-Djafar Penerbit : llagaligo Publisher, Bandar Lampung Cetakan : I, 2011 Tebal : xxiii + 113 Halaman Peresensi : Muh Hadi Bashori Terbit di : Lampung Pos, 18 Desember 2011 Sumur Abar, 26/12/2011

Kamis, 15 Desember 2011

MENELADANI ESENSI PERJUANGAN SONDANG HUTAGALUNG



Sumur Abar - Mahasiswa adalah nafas zaman, sosok intelektual muda yang diharapkan bangsanya untuk mampu membawa peran dalam setiap peristiwa yang terjadi di tengah berbagai dinamika kehidupan. Tak bisa dipungkiri, dalam catatan historis mahasiswa selalu memegang peranan penting di hampir setiap transformasi sosial dan perjuangan meraih cita-cita suatu bangsa. Dalam lintas sejarah bangsa Indonesia, kita akan melihat begitu dominannya peran mahasiswa dalam melakukan perubahan yang dimulai dari kebangkitan nasional 100 tahun silam, sumpah pemuda, kemerdekaan republik Indonesia, tumbangnya orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun hingga lahinya orde reformasi. Sejarah mengatakan tanpa mahasiswa negeri ini tidak akan menikmati kemerdekaan dan akan terus menerus hidup dalam ketidakadilan bahkan penindasan.

Namun pasca 66 tahun kemerdekaan secara de facto, Indonesia hanya merasakan kemerdakaan sebatas formalitas belaka, secara esensi bangsa terbesar di Asia Tenggara ini belum merasakan makna kemerdekaan Indonesia yang seseungguhnya. Bukan akibat penjajahan kaum sepilis negara-negara lain, akan tetapi justru penjajahan kali ini naifnya dilakukan oleh anak bangsa sendiri, korupsi, kolusi dan nepotisme tak kunjung berhenti melanda dan merepresi keberadaan kemerdakaan bangsa ini, keadaan politik, ekonomi, sosial-budaya, militer, kekuasaan praktis tak menunjukkan perkembangan berarti, cenderung stagnan dan bahkan mengalami degradasi semakin ke belakang.

Setali tiga uang, mahasiswa yang diharapkan peranannya sebagai agen perubahan pun mengalami stagnasi pergerakan yang hebat, vis a vis pasca catatan brilian yang ditorehkan para mahasiswa orde baru itu praktis mahasiswa kini lebih teruforia oleh kesuksesan sejarah pergerakan para pendahulunya daripada membangkitkan semangat menciptakan sejarah baru, mahasiswa yang dikenal sebagai sosok yang radikal dan revolusioner tak lagi mampu menunjukkan eksistensinya dan cenderung hanya melakukan aksi demonstrasi oportunis yang tak memiliki tujuan, komitmen dan semangat perjuangan yang jelas, padahal dengan demonstrasi kecil-kecilan tersebut fungsinya hanya menambah pekerjaan aparat keamanan saja tanpa ada efek atau pengaruh signifikan terhadap perubahan kebijakan pemerintah dan nasib bangsa.

Mungkin hal inilah yang dilihat oleh Sondang Hutagalung, mahasiswa UBK yang melakukan aksi bakar diri di depan Istana negara beberapa waktu lalu. Secara sepintas aksi ini terlihat ekstrim bahkan sia-sia membuang nyawa hanya sekedar “mendapat perhatian dari presiden”, tapi memang haruskah dengan melakukan aksi bakar diri agar mendapat perhatian dari pemerintah?

Secara langsung aksi ini mengingatkan pada sosok Muhammad Bouazizi, seorang pedagang kaki lima di negara Tunisia yang melakukan aksi serupa, bakar diri. Hanya bedanya aksi bakar diri itu benar-benar efektif mampu membakar semangat perjuangan rakyat yang akhirnya menghasilkan sebuah revolusi terjadi di Tunisia. Namun, akankah kejadian serupa (revolusi) akan terjadi di Indonesia?

Sepertinya kejadian serupa akan sulit terjadi, alih-alih mengharapkan misi perjuangan sebagaimana rakyat Tunisia, di Indonesia bahkan masyarakat mayoritas hanya memberikan simpati dan merasa iba tanpa ada aktualisasi atau turut melakukan aksi yang berarti, atau justru kejadian ini hanya dilihat sebagai adegan bunuh diri sia-sia. Padahal kalo boleh jujur, pergerakan revolusioner bisa jadi satu-satunya cara meruntuhkan hegemoni kekuasaan para tikus yang memimpin negeri ini, seperti saat mahasiswa melengserkan kekuasaan rezim Soeharto. Mengapa? Kuncinya adalah paradoks SBY yang pintar melakukan pencitraan di tengah amburadulnya sistem pemerintahan dan kualitas moral para pejabat, hegemonik rezim SBY-Budiono sangat kuat sehingga mampu mengalienasi rakyat Indonesia untuk menerima keadaan yang diciptakan oleh rezim secara sukarela, praktis hanya ada segelintir dari mahasiswa yang masih berani menyuarakan aspirasinya meski hanya sebatas demonstrasi bar-bar kecil-kecilan tanpa makna.

Sehingga terlepas dari penilaian negatif aksi bakar dirinya, Sondang Hutagalung layak mendapatkan apresiasi khusus yang mampu tetap memiliki semangat juang yang tak dapat ditampik lagi ditengah kelesuan pergerakan mahasiswa, Sondang memiliki cara tersendiri untuk melakukan perlawanan, aksi bakar diri ini sesungguhnya menunjukkan bentuk protes dan sikap putus asa aktivis mahasiswa melihat kepemimpinan negeri ini. Bagi Sondang secara khusus sebagai aktivis Sahabat Munir dan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras), aksi ini merupakan bentuk keresahannya di tengah carut-marut kasus korupsi, kolusi dan nepotisme yang kian merepresi pemerintahan ini yang tak bisa hanya dengan melakukan aksi dan tuntutan perubahan. Aksi Sondang patut dimaknai sebagai usaha untuk menggertak semangat perjuangan mahasiswa untuk kembali menunjukkan eksistensinya dan mereposisi peranannya ditengah carut-marut pemerintahan rezim SBY ini.

Mereposisi Peranan Mahasiswa
Mahasiswa sebenarnya menduduki posisi strategis yaitu sebagai seseorang stake holder, yang mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah atau bahkan mengkritik kebijakan pemerintahan. Dengan kekuatan intelektual dan karakter mereka yang mendalam tentang berbagai fakta yang terjadi, mahasiswa adalah pihak yang seharusnya paling peka terhadap perkembangan kondisi masyarakat. Sayangnya budaya pragmatis telah melenakan peran utama mahasiswa ini dan menjatuhkan kedudukan mereka.

Sehingga saat ini penting untuk melakukan reposisi peran mahasiswa. Reposisi untuk mengembalikan posisi mereka sebagaimana mestinya yakni membangkitkan dan membangun masyarakat dalam meraih kembali identitasnya yang hilang dan kesadaran sejati pada dasarnya masyarakat membutuhkan mahasiswa yang sanggup membimbing mereka. Mahasiswa yang mampu memetakan potensi dan memberi solusi yang jeli untuk memecahkan berbagai persoalan masyarakatnya. Masyarakat membutuhkan mahasiswa yang sanggup berdiri di hadapan para penindas untuk membela mereka dengan pengetahuan yang benar. Masyarakat membutuhkan mahasiswa yang berani berkorban, berani mengungkapkan kebenaran. Masyarakat membutuhkan mahasiwa sejati yang mampu memahami realita kehidupan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Apa sesungguhnya persoalan-persoalan yang terjadi, mengurainya hingga bisa dipahami akar permasalahan yang sesungguhnya. Merekalah mahasiswa sejati yang akan menghentikan penjajahan non fisik hari ini untuk menyelamatkan generasi sekarang dan mendatang.

Sehingga sudah saatnya mahasiwa tidak lagi tereuforia oleh kesuksesan sejarah, dengan meneladani perjuangan mahasiswa pahlawan Sondang Hutagalung kinilah saatnya mahasiswa bangkit dari stagnasi pergerakan dan bangun dari tidur panjangnya untuk kembali mengukir sejarah baru ditengah bangsa yang tengah krisis karakter dan kepribadian, di tengah bangsa yang merindukan supremasi hukum dan esensi kemerdekaan yang nyata. Mungkin sang revolusioner itu telah pergi, tapi namanya tetap hidup dengan warisan semangat perjuangan yang harus dilanjutkan perjuangannya oleh mahasiswa, cepat atau lambat.

Sumur Abar, 15/12/2011

Rabu, 26 Oktober 2011

KISAH KELEDAI YANG TERPEROSOK DI LUBANG SUMUR

Sumur Abar - Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis memilukan selama berjam-jam sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya. Akhirnya si petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup karena berbahaya), jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur. Ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian semua orang takjub karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur. Si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu. Sementara si petani dan tetangga-tetangganya terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri. Mungkin kehidupan ini terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari “sumur” (kesedihan, masalah, kegalauan, dan sebagainya) adalah dengan mengguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran dan hati kita) dan melangkah naik dari “sumur” dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan. Setiap masalah ataupun ujian bukanlah beban, tapi jadikanlah satu batu pijakan untuk melangkah dan melompat ke level yang lebih tinggi. Percayalah, kita dapat keluar dari “sumur” yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah. Bila kita menganggap masalah sebagai beban, kita mungkin akan menghindarinya. Akan tetapi apabila kita menganggap masalah sebagai tantangan, kita pasti akan menghadapinya dengan riang. Namun, masalah adalah hadiah yang dapat kita terima dengan suka cita. Dengan pandangan tajam, kita melihat kesempatan dibalik setiap masalah. Masalah merupakan anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi. Penuhi langkahmu pada anak-anak tangga itu untuk menuju puncak. Hadapilah dan ubahlah menjadi kekuatan untuk kesuksesan. Tanpa masalah, kita tak layak memasuki jalur keberhasilan. Bahkan hidup ini pun masalah, karena itu terimalah sebagai hadiah. Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi. Bukan pula eraman hangat di malam-malam yang dingin. Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu dari tebing yang tinggi. Detik pertama anak-anak elang itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan, matilah aku! Sesaat kemudian, bukan kematian yang diterima oleh si anak elang, namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu terbang. Bila kita tak berani mengatasi masalah, kita tak akan menjadi seseorang yang sejati. Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang telah kita raih, namun kegagalan yang telah kita hadapi, dan keberanian yang membuat kita tetap berjuang melawan rintangan yang bertubi-tubi. Apa yang kita raih sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang kita lakukan terus menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila kita yakin pada tujuan dan jalan kita, maka kita harus memiliki ketekunan untuk berusaha. Ketekunan adalah kemampuan kita untuk bertahan di tengah tekanan yang dan kesulitan. Jangan hanya berhenti pada langkah pertama! Sumur Abar, 26/10/2011

Rabu, 17 Agustus 2011

CHAIRUL TANJUNG : Si Anak Singkong yang Masuk Jajaran Orang Terkaya di Indonesia

Sumur Abar - Kisah Hidup Chairul Tanjung telah ditulis dalam sebuah buku yang berjudul “si anak singkong” buku ini mengisahkan tentang perjalanan hidup chairul tanjung dari kecil hingga sukses seperti saat ini. Buku setebal 360 halaman yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK) ini disusun oleh wartawan Kompas Tjahja Gunawan Adiredja. Buku ini diberi kata pengantar oleh Jakob Oetama, Pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas, Chairul Tanjung, adalah pemilik beberapa perusahaan besar seperti stasiun televisi swasta (Trans TV), Trans Studio, hotel, bank, dan terakhir kabarnya menjadi salah salah satu pembeli 10% saham perusahaan penerbangan papan atas Indonesia (Garuda). Chairul Tanjung kecil melalui hari-hari penuh keceriaan sebagai anak pinggiran kota Metropolitan. Bermain bersama teman-teman dengan membuat pisau dari paku yang digilaskan di roda rel dekat rumahnya di Kemayoran, adalah kegiatan seru yang menyenangkan. Juga bersepeda beramai-ramai di akhir pekan ke kawasan Ancol, sambil jajan penganan murah, buah lontar. Kelas 1 hingga kelas 2 SD sekolah diantar jemput oleh Kak Ana, seorang sanak keluarga dari Sibolga, dengan naik oplet. Selanjutnya kelas 3 SD sudah bisa pulang-pergi sekolah sendiri. Saat usia SMP, Abdul Gafar Tanjung, ayah Chairul Tanjung, yang saat itu telah mempunyai percetakan, koran, transportasi dan lainnya harus gulung tikar dan dinyatakan pailit oleh pemerintah karena idealismenya yang bertentangan dengan pemerintah yang berkuasa saat itu (Soeharto). Sang ayah adalah Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Ranting Sawah Besar. Semua koran Bapaknya dibredel. Semua aset dijual hingga tak memiliki rumah satu pun. Mungkin demi gengsi, di awal-awal, ayahnya menyewa sebuah losmen di kawasan Kramat Raya, Jakarta untuk tinggal mereka sekeluarga. Hanya satu kamar, dengan kamar mandi di luar yang kemudian dihuni 8 orang. Kedua orang tua Chairul, dan 6 orang anaknya, termasuk Chairul sendiri. Tidak kuat terus-menerus membayar sewa losmen, mereka kemudian memutuskan pindah ke daerah Gang Abu, Batutulis. Salah satu kantong kemiskinan di Jakarta waktu itu. Rumah tersebut adalah rumah nenek Chairul, dari ibundanya, Halimah. Ibunya adalah sosok yang jarang sekali mengeluhkan kondisi, sesulit apapun keadaan keluarga. Namun saat itu, Chairul melihat raut wajah ibunya sendu, tidak ceria dan tampak lelah. Setelah ditanya, lebih tepatnya didesak Chairul, Ibunya baru berucap : ”Kamu punya sedikit uang, Rul? Uang ibu sudah habis dan untuk belanja nanti pagi sudah tidak ada lagi. Sama sekali tidak ada”. Menunggu Bapak Pulang demi Zakat Fitrah Dikisahkan sebuah kisah mengharukan. Suatu hari malam takbiran saat Chairul Tanjung masih kelas dua SMP, was-was menunggu ayahnya yang belum juga pulang. Ia menunggu di ujung gang dengan berharap ayahnya kali ini membawa uang untuk zakat fitrah untuk keperluan sekeluarga. Nanar melihat euforia malam takbiran. Teman-teman sebaya sudah bergembira, beberapa di antaranya bahkan menyewa becak keliling kota. Beberapa kali air matanya sempat menetes, sangat sesak rasanya. Ada tetangga yang memperhatikan dan sempat akan memberi zakat, ia tolak. ”Ya Allah, kami masih kuat berdiri. Meski tidak punya uang, kami masih mampu mencari,” pikirnya. Hingga akhirnya saat menjelang shalat Id, sang ayah pulang dan memberi sejumlah uang untuk membayar zakat untuk sekeluarga. Pukul 03.30 pagi, Chairul Tanjung membangunkan pengurus masjid yang tengah lelap dalam tidurnya dan menyerahkan uang itu. Ia pun langsung bergegas ke masjid untuk shalat Id meski tanpa pakaian baru seperti teman-teman lainnya. Ia pun merasa lega setelah kewajibannya tuntas. Tidak ikut Study Tour ke Yogyakarta Kelas 3 SMP sebagaimana yang dilakukan di banyak sekolah, diselenggarakan acara study tour yang pengumumannya 2 bulan sebelum keberangkatan. Ayah Chairul Tanjung saat itu mengelola perusahaan transportasi milik kawannya, sehingga otomatis Chairul mengetahui proses kerja penanganan wisata. Maka ia pun dipercaya sebagai koordinator transportasi untuk acara study tour sekolahnya ke Yogya tersebut. Namun sampai tiba waktunya, ibunya tidak mempunyai cukup uang untuk membayar biaya study tour senilai Rp. 15.000,- sehingga dengan alasan ada kepentingan keluarga, Chairul tidak ikut berangkat dalam acara yang bahkan ia sendiri yang sibuk mengurus berbagai persiapan. Ia mengerjakan tugasnya sebagai koordinator dengan seksama dan melepas kepergian teman-temannya di halaman sekolah, dengan perasaan sakit yang disembunyikan serapat mungkin. Menggadaikan Kain Halus Ibu sebagai Biaya Kuliah Mendaftar di perguruan tinggi negeri adalah satu-satunya pilihan untuk bisa kuliah saat itu, karena belum banyak pilihan untuk melanjutkan di universitas swasta. Jika pun ada, biayanya sangat tinggi. Jadi jika tidak diterima di negeri, alamat jalan untuk melanjutkan pendidikan tertutup sudah. Tidak mungkin keluarganya dapat membayar biaya kuliah di perguruan tinggi swasta, apalagi semua anak-anaknya masih dalam masa pendidikan. Maka, adalah sebuah kebahagiaan yang tak terkira saat melihat nama Chairul Tanjung termasuk di antara daftar siswa yang dinyatakan lulus UMPTN. Pulang dari tempat pengumuman di Parkir Timur Senayan, Chairul mengabarkan pada orang tuanya bahwa ia diterima di FKG. Sebuah kabar bahagia tentunya, disertai pemberitahuan lain berupa biaya kuliah di FKG-UI. Total Rp. 75.000,- yang rinciannya adalah Rp. 45.000 untuk biaya kuliah, dan 30.000 untuk biaya administrasi, uang jaket dsb. Ibunya meminta waktu beberapa hari untuk menyiapkannya. Dan sesuai janji, beberapa hari kemudian Ibunya tersenyum sambil memberikan uang yang yang diperlukan. Maka tahun 1981 Chairul Tanjung tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Minggu awal masuk kuliah, Chairul didaulat menjadi Ketua Angkatan Mahasiswa FKG-UI, atau mendapat julukan Jendral Angkatan. Bisa jadi karena postur tubuhnya yang tinggi besar, dan tentu karena pengalaman berorganisasi dari SMP dan SMA yang telah dijalankannya. Berinteraksi dengan para sahabat baru di kampus adalah hal baru yang menyenangkan tentunya. Meski mengaku sering makan di kantin CM ”Cepek Murah” Warung Toyib dengan nasi setengah porsi, sayur, tempe/tahu, semua terasa nikmat dan membuatnya bahagia. Hingga suatu sore, ibunya, Ibu Halimah yang di kalangan tetangga dekat biasa dipanggil Mpok Limah, asli Cilandak, Sukabumi, Jawa Barat, berkata dengan terus terang kepadanya. Bahwa untuk ongkos kuliah ibunya harus pontang-panting mendapatkan uang. Dengan air mata, ibunya menatap sang anak sambil berucap ”Chairul, uang kuliah pertamamu yang ibu berikan beberapa hari yang lalu ibu dapatkan dari menggadaikan kain halus ibu. Belajarlah dengan serius, Nak.” Mendengar itu, bumi tempatnya berpijak seolah berhenti berotasi, ia lemas seperti tanpa darah. Bisa dibayangkan, baru menikmati keceriaan bertemu teman-teman baru, tiba-tiba mendengar berita menyedihkan itu. Chairul mengaku terpukul, shock. Bukan untuk putus asa dan menyerah terhadap keadaan, namun sebaliknya. Dari situlah ia bertekad untuk tidak meminta uang lagi kepada orang tuanya. Ia harus bisa memenuhi semua keperluan kuliah dengan usahanya sendiri. Lima Belas Ribu Pertama dalam Hidup Chairul Di FKG-UI banyak sekali praktikum, dari membuat gigi palsu menggunakan wax ( lilin), gipsum, dsb. Ada buku praktikum sekitar 20 halaman yang harus diperbanyak ( difotocopy) oleh mahasiswa sebagai pedoman wajib. Di lingkungan Salemba Raya, bertebaran tukang foto kopi dengan ongkos per lembar Rp. 25,- sehingga diperlukan total Rp. 500,- untuk mendapatkan buku tersebut. Chairul mempunyai teman SMP yang orang tuanya memiliki usaha percetakan di Jl. Bango V No. 5, Senen. Namanya Bravo Printing. Usaha percetakan milik Pak Surya itu dijalankan oleh Pak Surya sendiri beserta anak-anaknya Toni, Hardi Surya, Beni ( teman Chairul). Maka Chairul datang ke percetakan itu meminta tolong pada Hardi Surya ( kakak kelas Chairul di SMP juga ), dan disanggupi dikerjakan dengan harga Rp 150. Dikerjakan dulu, dibayar setelah selesai. Maka, peluang usaha mulai dilihatnya. Esoknya, Chairul menawarkan jasa cetak diktat dengan harga Rp.300, lebih hemat tentunya dibanding harga pasar yang Rp. 500,-. Singkat cerita, ada 100 orang temannya yang mendaftar mencetak di Chairul, dan otomatis ia mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 15.000,- Sebuah keuntungan yang diperoleh dengan proses sangat mdah, dengan hanya berbekal jaringan dan kepercayaan. Uang keuntungan usaha yang baru pertama kali diterimanya sebesar 15.000 itu dirasakan Chairul sebagai momentum pembangkit kepercayaan diri selanjutnya. Puluhan ribu berikutnya, ratusan ribu dan jutaan berikutnya bukan perkara sulit jika semangat dan kepercayaan bisa terus dijaga. Sejak itu hidupnya terasa lebih mudah. Dari 15.000 itu kemudian ia terkenal ke seantero kampus sebagai pengganda diktat yang murah. Awalnya ia mendapat tempat fotocopy murah di daerah Grogol ( Rp. 15,-/lembar dan karena memberi order banyak didiscount menjadi Rp.12,5/lembar). Dosen dan teman-teman lintas jurusan kerap menitipkan fotocopy padanya. Praktis nyaris tiap hari ia mondar-mandir Grogol-Salemba dengan bajaj mengangkut diktat-diktat yang difotocopy dibantu beberapa orang sahabatnya. Berikutnya karena merasa lama-lama kerepotan mondar-mandir sementara iapun harus mengikuti jam perkuliahan dan menjalankan berbagai praktikum, ia mengajukan permohonan memanfaatkan ruang kosong di bawah tangga untuk menempatkan mesin foto copy. Berkat hubungan baik dengan hampir semua dosen, karyawan bahkan rektor UI, izin itu mudah didapatkan. Lalu Chairul meminta pemilik mesin fotocopy itu membuka counter di bawah tangga di fakultasnya di Salemba. Ia mendapat marketing fee sebesar Rp.2,5,-/lembar. Dan setiap sore, Chairul tinggal datang ke tempat fotocopyan sambil meminta setoran layaknya bos. Demikianlah naluri bisnisnya kian terasah. Dari mulai usaha fotocopy, merambah ke bisnis alat-alat kesehatan sebagai salah satu kebutuhan pokok mahasiswa kedokteran gigi. Lalu masuk mencoba bisnis di luar kampus meski diakhiri cerita kebangkutan dengan ditutup tokonya. Namun bangkit lagi dengan usaha jual-beli mobil bekas, bengkel reparasi mobil, kontraktor kecil-kecilan, dan lainnya. Tahun 1984, di masa kuliah tahun ke 4 (usia 22 tahun) Chairul telah berhasil membeli mobil Honda Civic warna coklat keluaran tahun 1976 seharga 3,6 juta. Dan tahun 1986 berganti Honda Accord keluaran tahun 1981. Perolehan itu menunjukkan bahwa ia telah berhasil mewujudkan tekadnya untuk tidak meminta biaya kuliah pada orang tuanya, sekaligus juga telah mulai menuai hasil usahanya dengan kerja keras dan kerja cerdas tersebut. Sebuah prestasi yang membanggakan setiap orang tua tentunya. Ia terus tekun menjalankan usahanya, ia juga paralel dengan aktif di berbagai kegiatan organisasi kampus dan aktifitas sosial. Semua dijalankan secara seimbang dan bersamaan. Hingga di usia dewasa Chairul terus memperluas jalinan silaturahim ke berbagai kalangan, berani mempelajari aneka bisnis baru dan mencari jalan untuk menjalankan dengan sebaik-baiknya. Gabungan antara kerja keras, menjaga kepercayaan, mengedepankan kejujuran dan etika bisnis, tak pernah berhenti belajar dan disertai dengan doa terbaik tentunya. Saat ini, dalam beberapa waktu lalu, koran Jawa Pos edisi Desember 2013 memberitakan bahwa kekayaan Chairul Tanjung bahkan telah masuk dalam empat besar di Indonesia. Sebuah pencapaian yang terlihat mustahil bagi seorang anak miskin yang pernah tak sanggup membayar uang study tour. Sumur Abar, 17/8/2011

Sabtu, 23 Juli 2011

BOB SADINO : Depresi, Ayam Memberinya Pelajaran Untuk Hidup

Sumur Abar - Bob, adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lloyd di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed. Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri. Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100,-. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya. Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa. Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing. Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek. Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah. Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang. Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob. Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional. Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya. Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan. Anak Guru Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19. Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya. Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.” Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar. ”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob. Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam. Secara garis besar, berikut adalah riwayat kerja Bob : Karyawan Unilever (1954-1955) Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967) Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang) Dirut PT Boga Catur Rata PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham) PT Kem Farms (kebun sayur) Sumur Abar, 23/7/2011

Rabu, 29 Juni 2011

ABURIZAL BAKRIE : Saya Pernah Lebih Miskin Dari Pengemis

Sumur Abar - Selama ini banyak orang bertanya kepada saya bagaimana rahasianya menjadi pengusaha yang sukses. Mereka berharap saya bersedia membagi pengalaman dan kiat-kiat berusaha supaya sukses. Bagi saya, membagi pengalaman kepada orang lain menyenangkan, apalagi bila pengalaman saya tersebut bermanfaat. Senin 5 April lalu, saya diundang oleh Universitas Islam As Syafiiyah, Jakarta, untuk membagi pengalaman. Dalam acara bertajuk “Studium Generale Kewirausahaan” itu saya diminta memberikan ceramah mengenai kewirausahaan dan kiat sukses berbisnis. Kepada para mahasiswa saya katakan untuk sukses berbisnis kita tidak bisa hanya belajar di bangku kuliah saja. Bangku kuliah hanya mengajarkan dasar dan teori. Sisanya kita belajar kepada mereka yang telah berhasil. Orang itu tidak harus S3 untuk menjadi pengusaha. Bisa jadi hanya S1 seperti saya, bahkan ada yang tidak memiliki ijasah. Apa langkah pertama yang harus dilakukan untuk memulai usaha dan menggapai kesuksesan? Jawabannya adalah mimpi. Kita harus berani bermimpi menjadi orang yang sukses. Sejarah juga membuktikan banyak temuan hebat dan orang sukses dimulai dari sebuah mimpi. Kalau Anda bermimpi saja tidak berani, ngapain membuka usaha. Tentu saja tidak hanya berhenti sekedar mimpi untuk mencapai sukses. Setelah mimpi Anda bangun, lalu pikirkanlah mimpi Anda. Berfikirlah yang besar. Seperti kata miliarder Amerika Donald Trump; if you think, think big. Pikir yang besar, pikir jadi presiden, jangan pikir yang kecil-kecil. Setelah itu Anda buat rencana, buat rincian, dan bentuk sebuah tabel. Terakhir, yang paling penting, segera jalankan rencana tersebut. Jika Anda bertanya perlukah berdoa? saya katakan berdoa itu perlu. Tapi perencanaan juga perlu. Doa saja tanpa perencanaan saya rasa tidak akan berhasil. Dulu waktu masih kuliah, saya biasa membuat perencanaan dan membagi waktu. Saya bangun sholat Subuh, lalu latihan karate, setelah itu tidur lagi sampai pukul 10. Baru pukul 11 belajar. Wakuncar atau waktu kunjung pacar juga diatur pukul 19.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB. Jika sudah pukul 22.00 WIB, meski lagi asyik harus pulang untuk istirahat. Intinya dengan perencanaan, masalah akan terselesaikan dengan baik. Sekarang juga begitu, saya bagi waktu untuk partai dan lainnya. Pukul sekian seminar, pukul sekian jadi pembicara, pukul sekian memutuskan calon di pilkada. Kadang 10 masalah bisa saya selesaikan sehari. Keluhan paling sering dilontarkan orang yang tidak berani berusaha adalah tidak mempunyai modal atau dana. Banyak juga yang berkata saya bisa sukses karena ayah saya pengusaha. Itu salah besar. Saat memulai usaha saya tidak mempunyai uang. Saat akan membeli Kaltim Prima Coal (KPC) saya juga tidak memiliki dana. Caranya saya datangi calon kontraktor dan tawarkan kerjasama yang menguntungkan dia, tapi saratnya dia pinjami saya dana. Saya juga mendatangi bank dan berkata demikian. Lalu dari uang yang dipinjamkan itu, saya membeli KPC dan sekarang menjadi perusahaan besar. Jangan pernah bicara tidak punya dana. Uang datang jika ada ide besar atau ada proyek yang visible. Bill Gates juga tidak mempunyai uang, tapi dia mempunyai ide bagus. Dia tidak lulus kuliah, dia bukan anak orang kaya, tapi dari garasinya dia bisa membuat Microsoft jadi perusahaan besar. Maka pikirkan ide yang bagus, lalu Anda cari partner yang punya uang. Yakinkan dia dan berkerjasamalah dengan dia. Jika dalam kerjasama partner Anda meminta keuntungan lebih besar, jangan persoalkan. Misal semua ide dari Anda tapi Anda hanya dapat 10%, itu tidak masalah. Sebab 10% itu masih untung dari pada Anda tidak jadi bekerjasama dan hanya dapat nol %. Jangan lihat kantong orang, jangan lihat untung orang, lihat kantong kita ada penambahan atau tidak. Setelah Anda menjalani usaha, suatu saat Anda pasti akan menghadapi masalah. Hadapi saja masalah itu, karena masalah adalah bagian dari hidup yang akan terus datang. Saya sendiri juga pernah menghadapi masalah saat krisis ekonomi 1997-1998. Saat itu keadaan perekonomian sulit, semua pengusaha dan perusahaan juga sulit. Saat itu saya jatuh miskin. Bahkan saya jauh lebih miskin dari pengemis. Ini karena saya memiliki hutang yang sangat besar. Hutang saya saat itu sekitar USD 1 miliar. Di saat yang sulit ini biasanya sahabat-sahabat kita, rekan-rekan kita semua lari. Karena itu di saat yang sulit ini, kita tidak boleh memperlihatkan kita sedang terpuruk. Jangan perlihatkan kita sedang gelap. Seperti yang diajarkan ayah saya Achmad Bakrie; jangan biarkan dirimu di tempat yang gelap, karena di tempat yang gelap bayangan pun akan meninggalkanmu. Maka saat susah itu saya tetap tegar dan tidak menunjukkan keterpurukan. Bahkan saya terpilih jadi ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk yang kedua kalinya. Kalau saat itu saya tunjukkan keterpurukan, mana mau mereka memilih saya. Tapi yang penting setelah kita terpuruk, kita harus bangkit kembali. Kalau saat itu saya tidak bangkit, maka tidak bisa saya seperti saat ini. Saya berprinsip hadapi saja masalah, jangan lari. Banyak usaha yang saya lakukan, misalnya melepas saham keluarga dari 55% jadi tinggal 2,5%. Saya juga mencari pinjaman sana-sini. Bahkan saya telah pergi ke 220 bank di seluruh dunia untuk menyelesaikan masalah saya. Akhirnya dengan usaha keras pada tahun 2001 saya bisa bangkit kembali dan hutang saya bisa dilunasi dan bisnis saya membaik kembali. Itulah pengalaman saya selama ini. Saya berharap bisa menjadi ilmu yang berguna. Papatah mengatakan pengalaman adalah guru yang paling baik. Sebagai penutup saya ingin bercerita mengenai kisah telur Colombus. Suatu saat Colombus menantang orang-orang untuk membuat telur bisa berdiri. Saat itu tidak ada satupun orang yang bisa membuat telur berdiri. Kemudian Colombus memberi contoh cara membuat telur berdiri dengan memecahkan bagian bawahnya. Lalu orang-orang berkata; ah, kalau begitu caranya saya juga bisa. Nah, saya ingin menjadi Colombus. Saya tunjukkan caranya, lalu Anda mengatakan; kalau begitu saya juga bisa. Kemudian Anda memulai usaha dan menjadi berhasil dan sukses. Saya senang kalau Anda sukses, karena semakin banyak orang sukses, semakin maju bangsa ini. Sumur Abar, 29/6/2011

Minggu, 22 Mei 2011

MARIO TEGUH : Dari Pegawai Bank Menjadi Motivator Handal

Sumur Abar - Sebagai penutup kisah, saya ingin menempatkan kisah Mario Teguh dalam buku ini, mengingat namanya juga yang tercatut dalam judul buku ini, sekaligus karena beliau memang tokoh hebat yang sangat inspiratif bagi masyarakat Indonesia. Mario Teguh adalah seorang motivator handal. Dengan kekuatan kata-katanya, ia bisa membangkitkan motivasi orang-orang di sekitarnya. Ia memiliki talenta sebagai konsultan dan motivator asal Indonesia. Di mata orang-orang beliau begitu ramah dan tamah serta joke-joke segar, pada setiap pembawaan ucapan beliau selalu memberanginya dengan hati sehingga menjadi energi positif bagi orang disekitarnya. Mario Teguh lahir di Makasar, 5 Maret 1956. Nama asli Lelaki ini adalah Sis Maryono Teguh. Namun, saat tampil di depan publik dia menggunakan nama Mario Teguh. Beliau lahir dari kedua orangtuanya yang bernama Gozali Teguh (ayah), dan Siti Maria (ibu). Saat ini beliau memiliki dua orang anak yaitu Audrey Teguh dan Marco Teguh. Mario Teguh meraih gelar Sarjana Pendidikan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang dengan mengambil jurusan Linguistik dan Pendidikan Bahasa Inggris. Dalam pengelaman kerjanya Mario Teguh memilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pendidikannya yaitu menjadi pegawai bank di Citibank. Pendidikan yang ditempuh bapak dua anak tidak berhenti sampai disini. Beliau pernah bersekolah di Chicago Amerika Serikat. Sebuah Sekolah Arsitektur New Thried High. Setara dengan SMA, sebelum menginjak S1. Beliau juga pernah bersekolah di Universitas Sophia, Tokyo-Jepang ( Sophia University ) mengambil jurusan Internasional Bussines. Lalu dilanjutkan ke Indiana University mengambil jurusan Operations System, Amerika Serikat pada tahun 1983. Sepertinya Lelaki ini membekali dirinya penuh dengan banyak Pendidikan dan Ilmu Setelah berhenti dari kepegawaian Citibank Mario Teguh mendirikan sebuah perusahaan Bussiness Effectiveness Consultant, Exnal Corp. menjabat sebagai CEO (Chief Executive Officer) dan Senior Consultan. Beliau juga membentuk komunitas Mario Teguh Super Club (MTSC) Sebelum Mario Teguh menjalani karier di dunia showbizz, ia pernah bekerja sebagai pegawai bank untuk menyambung hidupnya. Di antaranya pernah bekerja di BSB Bank sebagai Manager Bussines Development dan Aspac Bank sebagai Vice President Marketing dan Organization Development. Karirnya di dunia showbizz berawal dari sebuah acara Bussines Art yang di bawakan oleh Mario Teguh di salah satu televisi di Jakarta. Namanya melonjak dan menjadi besar setelah membawakan acara tersebut. Acara Goldenways menjadi salah satu acara yang fenomenal yang sering ditayangkan di Metro TV dan membawanya menjadi seperti saat ini. Tahun 2010 kembali meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai motivator dengan facebook fans terbesar di dunia. Di tahun 2010, ia terpilih sebagai satu dari 8 tokoh perubahan 2009 versi Republika surat kabar yang terbit di Jakarta. Sebelumnya beliau membawakan acara bertajuk Business Art di O’Channel. Kemudian namanya semakin dikenal luas oleh masyarakat ketika ia membawakan acara Mario Teguh Golden Ways di Metro TV. Pada saat ini Mario Teguh dikenal sebagai salah satu motivator termahal di Indonesia. Di tahun 2003 mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai penyelenggara seminar berhadiah mobil pertama di Indonesia. Apa yang diucapkan Mario Teguh sebenarnya sangat sederhana. Ia selalu menganalogikan dengan benda-benda atau sesuatu di sekeliling kita. Kesederhanaan itulah yang membuat Sang Motivator Handal Dari Indonesia ini dapat memperngaruhi kata-katanya dan mudah dicerna oleh Masyarakat Indonesia. Sambutan pun datang dengan mudah. Sumur Abar, 22/5/2011

Rabu, 06 April 2011

BILL GATES : Dilempari Botol Hingga Menjadi Raja Microsoft

Sumur Abar - Siapa yang tidak mengenal Microsoft di era teknologi ini? Terlebih jika Anda adalah seorang pengguna teknologi semacam komputer dan laptop, tentu Anda akan sangat familier dengan perangkat lunak yang satu ini. Microsoft adalah perusahaan software terbesar di dunia yang didirikan oleh seorang mahasiswa DO, Bill Gates. Nama Bill Gates sering dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia. Padahal, perjalanan hidupnya bisa dibilang tidak terlalu mulus dimana ia lebih memilih drop out dari universitas. Nama lengkap Bill Gates adalah William Henry "Bill" Gates III. Ayahnya bernama sama dengannya William Henry Gates II yang saat ini berusia 86 tahun. Sedangkan sang ibu, Mary Maxwell Gates meninggal dunia tahun 1994. Ayah Gates berprofesi sebagai pengacara cukup terkenal. Sedangkan sang ibu menduduki dewan pimpinan di berbagai perusahaan. Gates punya dua saudawar wanita bernama Kristianne dan Libby. Di keluarga yang berada itulah, Bill Gates tumbuh besar. Bill sangat dekat dengan ibunya, Mary. Mary di masa mudanya dikenal sebagai atlet dan mahasiswa top. Dia menanamkan nilai kedisplinan pada anak-anaknya, termasuk pada Bill Gates. Mary menuntut anaknya untuk selalu belajar keras, berolahraga dan mengikuti les musik. Dia juga berharap anak-anaknya berpakaian dengan pantas dan ramah kepada para tamu yang berkunjung ke rumah. "Dia orang tua yang banyak terlibat dengan anaknya. Bukan hanya soal peringkat di kelas atau semacamnya, namun bagaimana kami harus bersikap di publik," tukas Libby Armintrout, adik Bill Gates. Sejak usia muda atau sekitar 10 tahun, Bill Gates menurut penuturan ayahnya sudah sangat suka belajar. Dia sudah tamat membaca World Book Encylopedia dari seri awal sampai akhir. "Saya sungguh memiliki banyak impian ketika masih kecil dan saya pikir hal itu tumbuh dari fakta bahwa saya punya kesempatan untuk banyak membaca," kata Gates suatu ketika. Orang tuanya pun sangat mendukung hobi yang bagus tersebut. Mereka selalu membelikan buku apapun yang diminta oleh anaknya. Pada usia 11 tahun, Gates sudah aktif bertanya pada ayah soal topik bisnis sampai peristiwa dunia. "Sungguh menarik dan saya pikir itu adalah hal yang hebat. Namun ibunya tidak menyukai kebiasannya itu," kenang Gates senior. Ya, sang ibu mulai khawatir karena Gates mulai cenderung hanya suka berkutat dengan buku ketimbang berhubungan dengan orang lain. Gates pun mulai sering bertengkar dengan ibu yang berupaya mengontrolnya Ayah dan ibu Gates mulai khawatir karena anaknya terlihat cepat bosan. Ia memang anak yang pandai dan mampu menyerap semua pelajaran dengan baik. Pada umur 13 tahun, Bill menuntut ilmu di sekolah eksklusif, Lakeside School. Dia dikenal sebagai siswa yang sangat pandai di sana. Di sisi lain, Bill Gates mulai tidak suka dikontrol orang tuanya. Pada sebuah makan malam ketika Gates masih remaja, ia berkata cukup kasar pada sang ibu karena sebuah pertengkaran. Sang ayah pun melempar botol minum ke wajah anaknya. Ia kecewa anaknya menjadi bandel. Gates akhirnya dibawa ke seorang terapis. Sang konselor menyatakan bahwa pada akhirnya, sang anak akan menang dalam 'pertengkaran' sehingga disarankan untuk tidak terlalu mengekangnya. Ibu dan ayah Gates akhirnya membiarkan anaknya tumbuh mandiri dan tidak terlalu mengekangnya lagi. Gates pun gemar berpetualang untuk menyalurkan hobinya mengutak atik komputer. Dia pernah menghabiskan beberapa malam di University of Washington untuk main komputer gratis. Dia pernah pula bekerja paruh waktu sebagai programmer di sebuah power plant di selatan Washington. Memilih Drop Out Akhirnya setelah mendirikan Microsoft bersama Paul Allen, Bill Gates memutuskan drop out dari Harvard University. Meski berat, orang tuanya mendukung keputusannya itu. "Mary dan aku sangat cemas tentang itu. Harapannya dan aku sebenarnya sama dengan orang-orang yang punya anak di universitas, yaitu agar dia wisuda," kata Gates senior. Ibunya tetap meminta Gates melakukan beberapa hal. Misalnya menjaga rumahnya tetap bersih dan datang berkunjung seminggu sekali untuk makan bersama. "Sungguh sebuah keputusan berat dan saya tahu orang tua juga mengkhawatirkannya. Dan meskipun saya tidak akan pernah mendorong orang lain untuk drop out sekolah, bagi saya pilihan itu memang tepat," ucap Bill Gates suatu ketika. Namun Gates pernah menyatakan penyesalan tidak sempat menyelesaikan kuliahnya. Dia pun meminta agar para mahasiswa tidak mengikuti jejaknya. "Saya kira drop out kuliah bukan ide yang bagus. Saya senang bisa menempuh kuliah meski hanya dua setengah tahun. Saya melengkapi beberapa kuliah dengan kursus online," kata Gates dalam sebuah pidato di Universitas Chicago. Kejayaan Microsoft Pilihan Bill Gates untuk drop out memang tepat baginya. Ia fokus mengembangkan Microsoft yang kemudian berjaya sebagai produsen software komputer terbesar di dunia. Sistem operasi Windows sampai sekarang masih sangat dominan dipakai di mayoritas komputer. Dan belum ada pesaing yang cukup berarti. Bill pun kerap dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia. Harta kekayaannya diestimasi USD 61 miliar. "Saya mengambil langkah raksasa dan segera. Jika Anda berada di tempat dan waktu yang tepat dan memiliki visi ke mana teknologi baru akan menuju namun Anda tidak beraksi, Anda tidak akan pernah bisa sukses," katanya mengenai resep suksesnya. Saat ini, Bill Gates memang sudah pensiun dalam mengurusi Microsoft. Dia memilih fokus pada urusan kemanusiaan di yayasan Bill & Melinda Gates Foundation. Sampai tahun 2007, total sumbangan yang diberikan Bill & Melinda Gates Foundation telah mencapai USD 28 miliar. Yayasan ini dianggap salah satu yang paling banyak menyumbangkan uang untuk kegiatan kemanusiaan. Bill Gates sendiri dilaporkan telah memberikan persentase besar dari hartanya untuk aktivitas filantropi, sebesar 48%. Dia bergabung dengan dermawan kaya lain yang juga punya jejak sama, seperti Andrew Carnegie dan Warren Buffet. Sumur Abar, 6/4/2011

Senin, 04 April 2011

KISAH SI KODOK TULI

Sumur Abar - Suatu hari, sekelompok kodok bepergian melewati hutan belantara, tiba-tiba beberapa ekor kodok dari sekelompok kodok itu terjatuh ke dalam sebuah lubang yang cukup dalam. Kodok-kodok lain segera berkumpul di sekeliling lubang dan melihat betapa dalamnya lubang tersebut. Lalu mengatakan kepada teman-temannya yang terperosok ke dalam jurang bahwa dengan dedalaman tersebut, kemungkinan besar mereka tak akan bisa keluar lagi dari sana dan mati di sumur itu. Kodok-kodok yang terperosok itu mencoba untuk mengabaikan komentar-komentar teman-temannya dan terus berusaha melompat keluar dari sumur dengan mengerahkan seluruh tenaga. Sementara mereka mencoba, kodok-kodok lainnya terus menyuruh mereka berhenti. Alasannya, apa pun yang mereka lakukan, hasil akhirnya tetap sama: mereka tidak akan mampu memanjat lubang dalam dan akan mati. Salah satu dari kodok itu mendengarkan saran teman-temannya dan menyerah. Kodok itu jatuh dan mati. Kodok-kodok lain pun akhirnya menyerah setelah mencoba menyerah, Mereka jatuh dan mati. Kodok yang tinggal seekor terus melompat sekuat tenaga. Melihat hal ini, kodok-kodok lainnya kembali berteriak dan menyuruhnya berhenti menyakiti diri sendiri dengan usaha yang sia-sia. Sehebat apa pun usahanya, dia akan mati juga. Si kodok itu terlihat tidak peduli dan berusaha melompat lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Akhirnya, setelah bekerja keras, si kodok berhasil dan keluar dari sumur dengan selamat. Ketika sampai di darat, kodok-kodok lain merasa takjub dan berkata,’’Kamu tidak mendengar kata-kata kami, ya?’’. Kemudian, ibu dari sang kodok menjawab bahwa anaknya pendengarannya tuli. Maka ia mengira bahwa teman-temannya terus berteriak memberinya semangat agar bisa menyelamatkan diri. Kodok yang selamat itu pun mengucapkan rasa terima kasih kepada teman-temannya yang menyemangatinya. Dari kisah itu kita dapat mengambil pesan moral bahwa sebagaimana pesan dari Imam Al-Ghazali, bahwa yang paling tajam di dunia ini adalah lidah. Sesungguhnya kekuatan hidup dan kekuatan mati ada pada lidah. Kata-kata dapat memberikan pengaruh yang luar biasa. Kata-kata yang buruk dapat mengakibatkan eratnya hubungan menjadi terpecah, benang hubungan menjadi terurai berai, bahkan sekali memberikan kata-kata atau bahasa negatif, sekali dapat memutuskan hubungan, mungkin tidak akan pernah bertemu lagi selamanya. Sebaliknya, kata-kata yang disampaikan dengan bahasa positif dapat menggugah semangat orang yang loyo, dapat membangkitkan orang yang sedang terjatuh, dapat membangunkan orang yang mengalami keterpurukan dan dapat membesarkan hati orang yang sedang putus asa. Kadang-kadang memang sulit dimengerti bahwa kata-kata penggugah semangat, bahasa positif, itu dapat membuat Anda berfikir & melangkah lebih jauh dari yang Anda perkirakan. Maka selalu ucapkanlah bahasa yang positif, agar lebih bermanfaat bagi orang lain, menjadi kekuatan bagi mereka dan menjadi nilai kredibilitas bagi pemilik sang penutur kata. Kata-kata yang terucap adalah cermin dari pribadi orang tersebut. Sumur Abar, 4/7/2011

Kamis, 10 Maret 2011

THOMAS ALFA EDISON : Menemukan Resep Bola Lampu Dipercobaan ke Seribu

Sumur Abar - Siapa yang tidak mengenal Thomas Alfa Edison? Seorang saintis yang bahkan namanya masuk dalam urutan ke-38 dalam buku Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah karya Michael H. Hart. Dia adalah tokoh yang telah menemukan bola lampu. Tahukah Anda bahwa ternyata keberadaan bola lampu yang biasa digunakkan adalah suatu usaha yang tak pernah mengenal menyerah oleh Thomas Alfa Edison. Perjuangan panjang telah dilakukan dengan dulunya selalu dan selalu gagal, kini penemuannya hampir semua orang menggunakkannya. Kegagalan adalah awal dari keberhasilan, begitu orang bijak berkata. Memang kalimat itu tidak salah. Buktinya banyak orang-orang sukses yang mana kesuksesannya diawali kegagalan terlebih dahulu. Salah satu kisah kegagalan yang termasyhur adalah kisah yang dialami oleh penemu lampu listrik, Thomas Alfa Edison. Beliau adalah penemu banyak benda, salah satunya yang paling terkenal adalah lampu listrik. Lalu bagaimana kisah penemu yang satu ini? Awalnya, ketika ia masih kanak-kanak, ia dikatakan idiot oleh guru-guru di sekolahnya. Ia dikeluarkan dari sekolah karena terlalu banyak bertanya dan menurut para guru pertanyaannya tidaklah masuk akal. Ia pernah bertanya, “Kenapa ayam berbulu dan manusia tidak berbulu?”, “Kenapa bulu manusia berbeda dengan bulu ayam?”, “Bagaimana bulu ayam bisa menempel di tubuhnya?”. Gurunya pun bingung untuk memberikan jawaban yang tepat agar ia tak bertanya lagi. Akhirnya guru-guru pun sepakat mengeluarkannya dari sekolah. Mereka tidak menyadari kalau rasa ingin tahu Thomas Alfa Edison itu merupakan cerminan dari kejeniusannya, sehingga pertanyaan yang ia lontarkan melampaui batas usia dan zamannya saat itu. Setelah dikeluarkan dari sekolah, Thomas kecil dikurung oleh orang tuanya di gudang sebab mereka harus pergi bekerja. Namun, Thomas kecil tidak bersedih, ia malah senang karena menemukan banyak benda yang bisa dijadikan mainan, dibongkar dan dirakit kembali olehnya. Suatu hari, ia pernah bertemu dengan anak perempuan tetangganya, Mary. Anak itu bertanya, “Kamu sedang apa?” dan Thomas kecil menjawab, “Saya sedang mengerami telur ayam”. Mary heran dengan apa yang Thomas kecil lakukan. “Apakah menurutmu telur ayam yang kau erami itu akan menetas?”, jawaban Thomas saat itu adalah, “Kalau saya belum mencobanya, bagaimana saya bisa tahu ia akan menetas atau tidak?” Menginjak remaja akhirnya Thomas Alfa Edison kembali bersekolah. Selesai menamatkan sekolahnya, ia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia pernah bekerja sebagai tukang koran dan beberapa pekerjaan kasar yang menguras tenaga. Ia baru mapan setelah berhasil menemukan mesin perekam suara. Ia pun menikah dengan Mary dan tinggal di rumah yang sekaligus merangkap sebagai laboratorium penelitiannya. Namun, Mary lebih dulu meninggal sebelum Thomas berhasil menemukan lampu listrik. Beberapa tahun kemudian rumahnya terbakar habis. Ia kemudian dilanda krisis keuangan yang memaksanya untuk meminjam uang demi membangun kembali rumah dan laboratoriumnya. Ia mengatakan akan menemukan lampu listrik yang saat itu dianggap mustahil, untuk meyakinkan orang yang ia pinjami uang. Setelah mendapat pinjaman, Thomas memulai percobaan-percobaannya untuk menemukan lampu listrik. Percobaannya selalu gagal sampai puluhan kali bahkan ratusan kali. Namun ia tidak menganggap dirinya gagal. Ia mengatakan bahwa ia telah berhasil menemukan ratusan benda yang tidak dapat menyalakan lampu listrik. Konon, ia telah melakukan seribu kali percobaan. Ia sampai-sampai stress, bingung dan panik, namun tak pernah menyerah. Dan percobaannya yang keseribu itulah yang berhasil. Lampu listrik yang ia temukan kini mampu menerangi dunia. Seandainya tidak ada penemuannya itu, pastilah dunia tidak bisa seterang sekarang. Pesan dari Thomas Alfa Edison adalah “Betapa banyak orang yang menyerah padahal hanya perlu beberapa langkah lagi untuk sampai pada keberhasilan.” Dan satu kalimat bijak dari beliau, “Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.” Kini, kisah suksesnya tak hanya menerangi dunia dengan penemuannya tapi juga menerangi dunia dengan kisah kegagalan yang menginspirasi orang-orang yang tak ingin gagal. Thomas Alfa Edison berkata, “Betapa banyak orang yang menyerah padahal hanya perlu beberapa langkah lagi untuk sampai pada keberhasilan.” Dalam kesempatan lain ia menambahkan, “Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.” Sumur Abar, 10/3/2011

Sabtu, 01 Januari 2011

ALBERT EINSTEIN : Nampak Terbelakang, Ia Justru Jadi si Jenius Fisika

Sumur Abar - Tuhan tidak bermain dadu dengan alam ciptaanya dan segala keajaiban ilmu pengetahuan membuktikan kodrat alam ini. (Albert Einstein, 1879-1955). Albert Einstein dilahirkan di Ulm, Kerajaan Wuettemberg, Prusia Raya (sekarang Jerman) pada tanggal 14 Maret 1879. Beliau terlahir sebagai putra sulung dari pasangan Hermann Einstein dan Pauline Koch. Ayahnya berprofesi sebagai pedagang kasur bulu. Pada tahun 1980 bisnis ayahnya mengalami kegagalan. Keluarga Einstein pindah ke Munich. Di kota ini Hermann dan adiknya mendirikan perusahaan instalasi gas dan air. Di waktu kecilnya Albert Einstein nampak terbelakang karena kemampuan bicaranya amat terlambat. Wataknya pendiam dan suka bermain seorang diri. Bulan November 1981 lahir adik perempuannya yang diberi nama Maja. Sampai usia tujuh tahun Albert Einstein suka marah dan melempar barang, termasuk kepada adiknya. Minat dan kecintaannya pada bidang ilmu fisika muncul pada usia lima tahun. Ketika sedang terbaring lemah karena sakit, ayahnya menghadiahinya sebuah kompas. Albert kecil terpesona oleh keajaiban kompas tersebut, sehingga ia membulatkan tekadnya untuk membuka tabir misteri yang menyelimuti keagungan dan kebesaran alam. Meskipun pendiam dan tidak suka bermain dengan teman-temannya, Albert Einstein tetap mampu berprestasi di sekolahnya. Raportnya bagus dan ia menjadi juara kelas. Selain bersekolah dan menggeluti sains, kegiatan Albert hanyalah bermain musik dan berduet dengan ibunya memainkan karya-karya Mozart dan Bethoveen. Albert menghabiskan masa kuliahnya di ETH (Eidgenoessische Technische Hochscule). Pada usia 21 tahun Albert dinyatakan lulus. Setelah lulus, Albert berusaha melamar pekerjaan sebagai asisten dosen, tetapi ditolak. Akhirnya Albert mendapat pekerjaan sementara sebagai guru di SMA. Kemudian dia mendapat pekerjaan di kantor paten di kota Bern. Selama masa itu Albert tetap mengembangkan ilmu fisikanya. Tahun 1905 adalah tahun penuh prestasi bagi Albert, karena pada tahun ini ia menghasilkan karya-karya yang cemerlang. Berikut adalah karya-karya tersebut: Maret : paper tentang aplikasi ekipartisi pada peristiwa radiasi, tulisan ini merupakan pengantar hipotesa kuantum cahaya dengan berdasarkan pada statistik Boltzmann. Penjelasan efek fotolistrik pada paper inilah yang memberinya hadiah Nobel pada tahun 1922. April : desertasi doktoralnya tentang penentuan baru ukuran-ukuran molekul. Einstein memperoleh gelar PhD-nya dari Universitas Zurich. Mei : papernya tentang gerak Brown. Juni : papernya yang tersohor, yaitu tentang teori relativitas khusus, dimuat Annalen der Physik dengan judul Zur Elektrodynamik bewegter Kurper (Elektrodinamika benda bergerak). September : kelanjutan papernya bulan Juni yang sampai pada kesimpulan rumus termahsyurnya : E = mc2, yaitu bahwa massa sebuah benda (m) adalah ukuran kandungan energinya (E). c adalah laju cahaya di ruang hampa (c >> 300 ribu kilometer per detik). Massa memiliki kesetaraan dengan energi, sebuah fakta yang membuka peluang berkembangnya proyek tenaga nuklir di kemudian hari. Satu gram massa dengan demikian setara dengan energi yang dapat memasok kebutuhan listrik 3000 rumah (berdaya 900 watt) selama setahun penuh, suatu jumlah energi yang luar biasa besarnya. Tahun 1909, Albert Einstein diangkat sebagai profesor di Universitas Zurich. Tahun 1915, ia menyelesaikan kedua teori relativitasnya. Penghargaan tertinggi atas kerja kerasnya sejak kecil terbayar dengan diraihnya Hadiah Nobel pada tahun 1921 di bidang ilmu fisika. Selain itu Albert juga mengembangkan teori kuantum dan teori medan menyatu. Pada tahun 1933, Einstein beserta keluarganya pindah ke Amerika Serikat karena khawatir kegiatan ilmiahnya – baik sebagai pengajar ataupun sebagai peneliti – terganggu. Tahun 1941, ia mengucapkan sumpah sebagai warga negara Amerika Serikat. Karena ketenaran dan ketulusannya dalam membantu orang lain yang kesulitan, Albert ditawari menjadi presiden Israel yang kedua. Namun jabatan ini ditolaknya karena ia merasa tidak mempunyai kompetensi di bidang itu. Akhirnya pada tanggal 18 April 1955, Albert Einstein meninggal dunia dengan meninggalkan karya besar yang telah mengubah sejarah dunia. Meskipun demikian, Albert sempat menangis pilu dalam hati karena karya besarnya – teori relativitas umum dan khusus – digunakan sebagai inspirasi untuk membuat bom atom. Bom inilah yang dijatuhkan di atas kota Hiroshima dan Nagasaki saat Perang Dunia II berlangsung. Sumur Abar, 1/1/2011

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More