This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 08 November 2012

MASALAH & SEGENGGAM GARAM

Sumur Abar - Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang tengah tertimpa masalah yang bertubi-tubi. Ia berjalan dengan langkah yang gontai dengan mimik yang suram. Orang ini memang terlihat seperti sedang bersedih juga tidak bahagia. Melihat orang tua yang berdiri tidak jauh darinya, pemuda itu menghampiri dan menceritakan permasalahannya kepada orang tua itu. Pak tua yang bijak hanya mendengarkan kisah yang diceritakan oleh pemuda itu kemudian mengambil segenggam garam dan meminta pemuda itu untuk mengambilkannya segelas air. Ditaburkanlah garam tersebut ke dalam segelas air yang dibawakan oleh pemuda itu sambil berkata, “Coba.. minum ini dan katakan bagaimana rasanya?” ucap pak tua itu. “Pahit! Pahit sekali!’ balas pemuda itu sambil meludah ke samping. Pak tua itu tersenyum lalu membawa pemuda itu untuk berjalan-jalan berdampingan ke tepi telaga. Sesampainya di tepi telaga, pak tua itu kembali menaburkan segenggam garam kedalam telaga itu lalu mengaduknya dengan sepotong kayu hingga tercipta riak air. Kemudian pak tua itu kembali berkata. “Coba, ambil air dari telaga ini dan minumlah.” Setelah si pemuda selesai meminum air tersebut pak tua itu kembali bertanya kepada si pemuda, “Bagaimana rasanya?” “Segar!” balas si pemuda. “Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu, anak muda?’ ‘Tidak.” Timpal kemudian dengan penuh heran dengan maksud pertanyaan si pak tua. Kemudian dengan bijak, pak tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda itu sembari mengajaknya untuk duduk bersimpuh di tepi telaga itu. “Anak muda, dengarkanlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung kepada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang dapat kita lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.” Lalu pak tua itu kembali memberikan nasehat, “Hatimu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu merendam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.” Lalu keduanya beranjak pulang pada hari itu. Si Pak tua kembali menyimpan “segenggam garam” untuk anak muda lainnya yang sering datang kepadanya dengan membawa keresahan jiwa. Seringkali ketika kita menghadapi masalah, kita mengeluh, betapa berat masalah kita, betapa sulitnya masalah itu dilewati. Padahal harus kita renungi bersama; mungkinkah Allah mempersiapkan masalah untuk kita tanpa mempersiapkan diri kita lebih dulu?; mungkinkah Allah melimpahkan masalah di luar batas kemampuan kita?; mungkinkah Allah memberikan masalah tanpa memberikan pula jalan keluarnya?; mungkinkah Allah tidak mengangkat derajat orang-orang yang mampu melewati masalah dengan baik? Maka sesungguhnya masalah adalah cara Allah mendidik kita, kita ingin kuat Allah berikan masalah agar kita semakin kuat. Maka jadilah orang yang kuat sehingga apapun menjadi mudah dilaksanakan, sehingga doa yang baik bukanlah, “Allah, mudahkanlah urusanku” karena itu hanya membuatmu lemah dan manja, dalam setiap keadaan kamu akan merasa berat dan berpikirain instan untuk menginginkan segala sesuatu yang mudah dan praktis. Tapi berdoalah, “Allah, kuatkanlah aku” dan kamu menjadi orang yang kuat untuk menghadapi berbagai masalah yang akan terasa ringan, berat pun menjadi sebuah tantangan yang mengesankan. Sumur Abar, 8/11/2012

Minggu, 30 September 2012

KOLONEL SANDERS : Si Anak Yatim yang Menjadi Raja Ayam Goreng (KFC)

Sumur Abar - Mendengar kata KFC, gambar ayam goreng super gurih pasti langsung muncul di benak Anda. Meski ayam gorengnya terkenal di seantero jagad, tapi tahukah Anda siapa pria berjenggot yang selalu ada di setiap logo KFC? Adalah Kolonel Harland Sanders, pria berjenggot yang gambar wajahnya telah berpuluh-puluh tahun menghiasi logo KFC. Dia merupakan ikon restoran cepat saji paling populer di dunia. Sayangnya, masih banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pria di logo KFC tersebut memang nyata dan pernah hidup. Siapa sangka, hidup pendiri perusahaan restoran cepat saji tersebut tak semulus bisnisnya sekarang. Tak cukup menjadi yatim sejak kecil, Sanders harus bekerja keras mengasuh adik-adiknya. Dia juga pernah menjadi kondektur bus untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya. Lewat kehidupannya, Anda juga tak akan menyangka, butuh waktu 9 tahun untuk menemukan bumbu rahasia kelezatan ayam goreng KFC. Tak heran, ayam gorengnya laku keras di pasar dunia. Mau tahu lika-liku kehidupan pria berjenggot dan berdasi di logo KFC? Berikut kisahnya seperti dikutip dari Telegraph, New York Times, situs resmi KFC dan berbagai sumber lainnya, Senin (18/11/2013): Sanders kecil, hidup penuh siksaan Harland David Sanders lahir pada 9 September 1890. Sejak kecil, Sanders sudah menghadapi berbagai cobaan kehidupan. Ayahnya meninggal saat dia masih berusia enam tahun. Ibunya terpaksa harus bekerja banting pulan menghidupi Sanders dan adiknya yang masih berusia tiga tahun. Karena ibunya harus pergi bekerja, Sanders yang juga masih kanak-kanak, bertugas mengurus adiknya di rumah. Dia memasak dan melakukan pekerjaan rumah lainnya. Karena sering memasak di rumah, di usianya yang ke-7, Sanders memiliki kemampuan masak yang patut dipuji. Meski demikian, hidup Sanders penuh siksaan. Sang ibu yang tak tahan dengan kemiskinan menikah dengan pria lain. Sayangnya, sang ayah tiri selalu memukuli Sanders tanpa alasan yang jelas. Sanders pun lari dari rumah atas izin ibu kandungnya. Pendiri KFC pernah jadi kondektur bus Demi menghidupi dirinya, Sanders ikut menerjunkan diri ke dunia luar dan bekerja sejak usia 10 tahun. Kerasnya kehidupan dan kebutuhan yang mendesak membuat Sanders tak gentar menjajal berbagai pekerjaan di jalanan. Masa mudanya dihabiskan dengan bekerja sebagai tukang kebun, kondektur bus, budak tentara di Kuba, pembantu rumah tangga, hingga pemadam kebakaran. Tak hanya itu saja, dia juga bekerja sebagai sales asuransi, sales ban sampai akhirnya bertahan sebagai penjaga pom bensin untuk Standard Oil. Pada 1930, dengan uangnya, dia berhasil membeli pom bensin dan bengkel di daerah Kentucky. Di sana, dia melihat banyak pengendara mobil mencari makanan saat tengah mengisi bahan bakar atau membetulkan mobilnya. Rasa lapar para pelanggannya tersebut justru dipandang Sanders sebagai peluang bisnisnya. Dia lalu memutuskan untuk memasak dan mencoba menjual makanan buatannya pada para pengendara yang mengisi bahan bakar di pom bensin miliknya. Para pelanggan merasa senang dan menyukai masakan Sanders. Kepuasan para konsumen menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Sanders. Hal itulah yang membuatnya terus memasak. Di usianya yang ke-40 tahun, Sanders membuka restoran pertamanya di depan stasiun pengisian bensin di Corbin, Kentucky. Di sana Sanders bekerja sebagai pengisi bahan bakar, koki, dan kasir. Area penjualan makanannya diberi nama Sanders Court & Cafe. Pada 1936, Gubernur Kentucky Ruby Laffoon memberikan gelar Kentucky Colonel pada Sanders karena kontribusinya pada sektor makanan di sana. Setahun kemudian, Sanders Court & Cafe menambah motel sebagai salah satu bisnisnya. Bisnisnya tak berjalan mulus, pada 1939, api melahap restorannya. Meski kemudian dia berhasil mendirikan danmembukannya kembali. Setelah 9 tahun mencoba meracik resep rahasia dengan teknik yang masih digunakan hingga sekarang, Sanders akhirnya berhasil menemukan resep ayam goreng super lezat pada 1940. Pada 1952, dia pun mendirikan restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) pertamanya. Dalam logo restorannya, dia sudah menyertakan wajahnya bersama dengan nama restoran yang ia dirikan. Saat itu logo KFC masih berwarna hitam putih. Namun, pada 1955, pemerintah membangun jalan tol melintasi Corbin, Kentucky. Dia terpaksa harus menjual pom bensinnya. Sanders menerima dana pengganti sebesar US$ 105 saat itu. Setelah membayar utang untuk usahanya, dia jatuh bangkrut. Tetapi pekerja keras yang satu ini tak pernah menyerah. Dia lalu dia menjual ayam gorengnya dengan menggunakan mobil. Dia terus berusaha mengenalkan produk ayam gorengnya ke seluruh penjuru Amerika Serikat (AS). Dia lalu memasak ayam goreng dari satu restoran ke restoran lain dengan perjanjian dirinya akan dibayar dengan satu nikel untuk satu potong ayam yang terjual di restoran tersebut. Bisnisnya pun menjadi besar dengan sejumlah franchise (waralaba) yang didirikannya. Sumur Abar, 30/9/2011

Selasa, 17 Juli 2012

WORTEL, TELUR & BIJI KOPI

Sumur Abar - Seorang anak mengeluh pada ayahnya tentang hidupnya yang sulit. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa dan ingin menyerah saja. Ia lelah berjuang. Setiap saat satu persoalan terpecahkan, persoalan yang lain muncul. Ayahnya, seorang juru masak, tersenyum dan membawa anak perempuannya ke dapur. Ia lalu mengambil tiga buah panci, mengisinya masing-masing dengan air dan meletakkannya pada kompor yang menyala. Beberapa saat kemudian air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama, ia memasukkan wortel. Lalu, pada panci kedua ia memasukkan telur. Dan, pada panci ketiga ia memasukkan beberapa biji kopi tumbuk. Ia membiarkan masing-masing mendidih. Selama itu ia terdiam seribu bahasa. Sang anak menggereget gigi, tak sabar menunggu dan heran dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Dua puluh menit kemudian, sang ayah mematikan api. Lalu menyiduk wortel dari dalam panci dan meletakkanya pada sebuah piring. Kemudian ia mengambil telur dan meletakkannya pada piring yang sama. Terakhir ia menyaring kopi yang diletakkan pada piring itu juga. Ia lalu menoleh pada anaknya dan bertanya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi" jawab sang anak. Ia membimbing anaknya mendekat dan memintanya untuk memegang wortel. Anak itu melakukan apa yang diminta dan mengatakan bahwa wortel itu terasa lunak. Kemudian sang ayah meminta anaknya memecah telur. Setelah telur itu dipecah dan dikupas, sang anak mengatakan bahwa telur rebus itu kini terasa keras. Kemudian sang ayah meminta anak itu mencicipi kopi. Sang anak tersenyum saat mencicipi aroma kopi yang sedap itu. "Apa maksud semua ini, ayah?" tanya sang anak. Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda tadi telah mengalami hal yang sama, yaitu direbus dalam air mendidih, tetapi selepas perebusan itu mereka berubah menjadi sesuatu yang berbeda-beda. Wortel yang semula kuat dan keras, setelah direbus dalam air mendidih, berubah menjadi lunak dan lemah. Sedangkan telur, sebaliknya, yang semula mudah pecah, kini setelah direbus menjadi keras dan kokoh. Sedangkan biji kopi tumbuh berubah menjadi sangat unik. Biji kopi, setelah direbus, malah mengubah air yang merebusnya itu dengan aroma yang sedap. "Maka, yang manakah dirimu?" tanya sang ayah pada anaknya. Di saat kesulitan menghadang langkah Anda, perubahan apa yang terjadi pada diri Anda? Apakah Anda menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji kopi? Itu terserah Anda. Sumur Abar, 17/7/2012

Rabu, 13 Juni 2012

Lionel Messi : Kelainan Hormon Antarkan Menjadi Pemain Sepak Bola Terbaik Dunia



Sumur Abar - Mustahil para penggemar sepak bola saat ini apabila tidak mengenal nama Lionel Messi. Seorang pemain bertinggi 169 cm dan berjuluk si kutu ini adalah fenomena dalam sepak bola modern. Ia adalah pemain terbaik dunia saat ini, terbukti dengan kedigdayaan Barcelona serta perolehan penghargaan pribadinya yaitu hingga saat ini telah menyabet empat trofi Ballon D’or, yang seolah menegaskan statusnya sebagai pemain terbaik dunia sekolong jagad.

Namun tahukah Anda bahwa ia dulunya adalah sesosok anak kecil yang ringkih dan terbelakang fisik sehingga pernah ditolak oleh tim sepak bola di negaranya, Argentina? Messi lahir dan besar di Rosario, 300 kilometer sebelah barat laut dari Buenos Aires. Ia lahir dengan kelainan hormon yang membuat tubuhnya tak bisa tumbuh seperti anak-anak seusianya. Kondisi fisik itu membuatnya terbuang dari sepak bola.

Menurut The Mirror, pada hari pertama sekolah dasarnya, Messi dilarang ikut bermain sepak bola oleh pelatih karena badannya terlalu kecil. “Pada masa kecilku, aku mengalami masa-masa sulit karena masalah hormon,” kata Messi, yang oleh kakaknya, Rodrigo, dijuluki “kutu”. Masalah hormon inilah yang mengakibatkan tingkat pertumbuhan Messi sangat tidak normal karena sangat terlambat, sehingga terlihat ukuran fisik Messi lebih kecil daripada teman-teman sebayanya.

Pada 1995, dalam usia delapan tahun, Messi diminati River Plate. Namun, River Plate tak jadi merekrut Messi karena keberatan membayar biaya pengobatan bulanan Messi yang mencapai 500 poundsterling atau sekitar Rp 7 juta. Messi tampak semakin mustahil menjelajahi lebih luas dunia sepak bola, ketika tim medis klub itu mengatakan kepada keluarganya bahwa Messi hanya bisa tumbuh setinggi tak lebih dari 140 sentimeter.

Karena kondisi ekonomi, ayah dan ibu Messi menyerah. Jangankan membiayai perawatan Messi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Messi dan tiga saudaranya saja, Jorge dan Celia, mereka kesulitan. Keadaan Messi dan keluarganya tak tampak akan membaik. Sampai saat Messi berusia 12 tahun, sanak keluarganya yang tinggal di Catalonia mendaftarkan Messi untuk mengikuti uji coba di Barcelona. Direktur Barcelona saat itu, Carlos Rexach, terbang melintasi benua dan tidak menyesal. “Saya memanggilnya dan, sebagai ungkapan simbolis (ikatan kontrak), saya memintanya membubuhkan tanda tangan di atas sebuah kertas,” kenang Rexach. Setelah Barcelona setuju menjamin semua biaya perawatannya, Messi berangkat ke Spanyol dengan ayahnya dan masuk tim U-14 Barcelona pada tahun 2000.

Pada pertandingan pertamanya, Messi mencetak lima gol. Sekarang, Messi sudah setinggi sekitar 169 sentimeter dan telah mengoleksi beberapa gelar La Liga, tiga trofi Liga Champions, medali emas olimpiade, dan menurut Forbes memiliki kekayaan senilai 20 juta poundsterling atau sekitar Rp 282 miliar. Namun, menurutnya, ia akan tetap hidup seperti biasa, menikmati sarapan berupa danish pastry dan segelas kopi, misalnya. “Aku suka hidup sederhana. Aku manusia pada umumnya. Aku mengendarai mobil yang disediakan klub,” kata Messi, yang kini memiliki yayasan amal untuk kesehatan dan pendidikan anak-anak bernama “The Leo Messi Foundation”.

“Aku tidak membaca buku. Hal istimewa bagiku adalah mencetak gol. Aku suka merayakannya bersama teman-teman dan rekan tim. Aku menyukai kegiatan amalku dengan yayasan yang membantu anak-anak di seluruh dunia.” Di halaman biografinya di jejaring sosial Facebook, ia mengatakan, “Berapa pun jumlah gelar, trofi, dan penghargaan, aku akan selalu menjadi anak-anak yang tumbuh di Rosario, Santa Fe, Argentina.”

“Aku belajar berjalan di sana sehingga bisa mengejar impianku. Pernah ada yang mengatakan kepadaku, aku tak akan pernah menjadi pesepak bola.” “Menjadi lebih kecil dari yang lain membuatku berusaha menjadi lebih cepat. Pencemooh, pengkritik, dan penentang membuatku lebih memiliki tekad dari sebelumnya. Dengan dukungan keluarga, aku pindah ke Spanyol dengan kesempatan bermain untuk Barca. Ini adalah kesempatan menjadi pemain yang selalu kuimpikan dan bisa aku alami,” tuturnya.

Kini Messi membuktikan bahwa kekurangan dalam hidup bukanlah penghalang untuk sukses. Justru kelainan hormon yang pernah diderita berhasil mengantarkannya menjadi pesepak bola terbaik sejagad dan sepanjang masa dengan perolehan empat kali gelar Ballon D’or hingga di tahun 2014 ini. Prestasi yang belum dan nyaris sulit untuk dapat disamai oleh pemain-pemain lainnya. Bahkan bisa jadi perolehan gelar pemain terbaik dunia itu akan terus bertambah mengingat usianya yang masih muda.

Semua gelar telah dirasakan oleh Lionel Messi, tinggal gelar World Cup bagi Argentina lah yang belum didapatkan Messi untuk melengkapi statusnya sebagai pemain terbaik sekolong jagad. Messi mengajarkan kepada khalayak bahwa kekurangan bisa menjadi kelebihan, bahkan bisa mengantarkan seseorang ke puncak panggung dunia.

Sumur Abar, 13/06/2012

Kamis, 10 Mei 2012

Perguruan Tinggi Pencetak Koruptor?



Sumur Abar - “Banyak koruptor di Indonesia adalah lulusan Perguruan Tinggi Negeri Terkenal, seperti UI, UGM dan ITB”. Demikianlah pernyataan yang disampaikan Marzuki Alie di Kampus Universitas Indonesia dalam diskusi bertajuk “Pandangan Kritis tentang Perguruan Tinggi di Indonesia.

Pernyataan Marzuki Alie tersebut mendapatkan banyak tentangan, terutama dari alumni perguran tinggi kampus yang disebut, bahkan Marzuki terancam menelan ludahnya sendiri dengan ancaman hukuman pidana akibat pernyataan kontroversinya akhirnya diajukan gugatan oleh mahasiswa program doktor UI, David Tobing, ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Bagi penulis, “kasus” ini memiliki dua hal yang menarik untuk dikaji. Pertama, masalah konten pernyataan Marzuki Alie secara langsung. Dan kedua sikap yang ditunjukkan masyarakat atas pernyataan ini.
Meski pernyataan ini banyak dikecam tapi fakta berbicara bahwa alumni Perguruan Tinggi Negeri terkenal banyak yang telah mencoreng nama besar almamaternya. Namun Perguruan Tinggi tentu tidak sengaja mencetak mahasiswa dan alumninya untuk menajdi koruptor.

Sehingga secara konten pernyataan Marzuki meninggalkan beberapa catatan dalam pikiran penulis. Pertama, Perguruan Tinggi tidak ada yang mengajarkan korupsi mahasiswanya.

Perguruan Tinggi merupakan lembaga pendidikan jenjang tertinggi yang harus ditempuh oleh seorang pelajar untuk melanjutkan studi dan mendapatkan gelar sebagai seorang sarjana, magister dan doktor. Sebagai lembaga pendidikan tertinggi Perguruan Tinggi mengedepankan integritas, pendidikan karakter selain pendidikan intelektualitas dan sikap kritis. Sehingga sepanjang sejarah tidak ada Perguruan Tinggi yang “secara sengaja” memiliki sistem pendidikan dan mengajarkan mahasiswanya melakukan praktik korupsi.

Kedua, praktik korupsi tidak memiliki keterkaitan dengan lulusan almamater tertentu. Falta banyaknya alumni Perguruan Tinggi ternama di Indonesia yang mencoreng nama almamaternya bukan alasan obyektif untuk menjustifikasi bahwa Perguruan Tinggi ternama merupakan produsen koruptor karena memang dalam praktiknya Perguruan Tinggi ternama memiliki kelebihan dalam mencetak kader unggulan sehingga alumninya lebih banyak yang mampu berbicara dan mengambil peran di level nasional. Mereka mengisi pos-pos penting di pemerintahan sehingga ketika ada pejabat ada yang melakukan korupsi dan diketahui lulusan PT ternama tentu bukan hal yang aneh karna mereka memang mendominasi.


Ketiga, Praktik korupsi merupakan akibat dari kekuasaan dan kesempatan. Lemahnya sistem pemerintahan, belum tegaknya supremasi hukum, kesempatan dalam jabatan, moralitas merupakan lahan utama terjadinya tindak pidana korupsi. Karakter yang ditunjukkan oleh para aparatur pemerintahan ini menunjukkan ada yang salah dalam kepribadian mereka yang telah mengalami krisis moral. Arus pergeseran sekularisme dan globalisasi telah memisahkan agama dari pemerintahan sehingga mengakibatkan sosok non-religius yang ambisius.

Keempat, praktik demokrasi kampus justru mencetak karakter mahasiswa patuh terhadap aturan dan memperjuangkan keadilan serta kebenaran. Organisasi mahasiswa terutama organisasi pergerakan mahasisawa seperti HMI, PMII, IMM, GMNI dan KAMMI dalam praktiknya selalu mengedepankan integritas, kapabilitas dan akseptabilitas. Mereka digerakkan untuk menjadi kader penerus perjuangan bangsa, mencetak calon-calon pemimpin berkualitas dan berkarakter serta pengawal dan stake holder antara kepentingan masyarakat dengan arogansi penguasa.

Karakter ini akhirnya mewujudkan sistem demonstrasi mahasiswa yang merupakan bentuk aspirasi mereka dalam membela keberana melawan tindakan kesewenang-wenangan pejabat pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Sebuah sistem yang secara tidak langsung mampu membentuk mahasiswa peka terhadap lingkunga, kritis terhadap keadaan, menjadi problem solver terhadap masalah yang terjadi serta menjadi panutan dan harapan masyarakat terhadap kemajuan peradaban bangsa.

Pada dasarnya maraknya praktik korupsi bukanlah cerminan dari problematika dalam dunia pendidikan semata, tapi karena sistem sosial dan budaya Indonesia yang membuka peluang untuk melakukan tindak pidana korupsi.

Sensitivisme Bangsa Indonesia
Namun ada satu hal yang jauh lebih menarik dari kontrovesi pernyataan Marzuki Alie tersebut, yaitu masalah sensitivisme masyarakat Indonesia dalam menyikapi pernyataan ketua DPR dari fraksi Demokrat tersebut. Kecaman, tentangan dan bahkan aduat gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap pernyataan Marzuki menjadi sebuah cerminan kepribadian bangsa yang terkesan memiliki sensi tinggi dan tidak tahan menerima kritik.

Masalah sensitivisme memang menjadi sebuah trand mark bangsan ini, cerminan demokrasi berbasisi sensitivisme mennyebabkan masyakatnya lebih suka mengkritik daripada memberi solusi, menuntut hak daripada menjalankan kewajiban.

Penulis jadi teringat dalam sebuah acara tv stand comedy, Pandji Pragiwaksono mengakui bahwa Indonesia adalah negara yang masyarakatnya terlalu sensitif, sehingga apapun terlalu banyak menjadi masalah, sehingga apapun berantem terlalu banyak kita berantem sehingga kita kehabisan waktu untuk melakukan sesuatu. Kenyataan berkata demikian, dan kasus pernyataan Marzuki dengan segala dinamikanya menunjukka hal tersebut.

Padahal sejujurnya pernyataan tersebut hanyalah pernyataan biasa yang lumrah karena dua keadaan, pertama koruptor jelas merupakan pejabat dan kedua, pejabat yang mengisi mayoritas adalah orang-orang terdidik lulusan Perguruan Tinggi ternama di Indonesia seperti UI, UGM dan sebagainya.

Sehingga seharusnya kritikan ini tidak menimbulkan rasa sensi terutama bagi para almuni Perguruan Tinggi tertentu, justru seharusnya menjadi cerminan dan motivasi Perguruan Tinggi, alumni, dan masyarakat luas untuk menunjukkan karakter baik yang sebenarnya. Bagi Perguruan Tinggi seharusnya kritikan menjadi cambuk untuk memperbaiki sistem pendidikan, memperhatikan esensi pendidikan dengan membekali dan mengedepankan perpaduan intelektual, kapabilitas, karakter dan moralitas sebagai modal menjadi pemimpin bangsa ke depan. Bagi alumni ini menjadi cambuk agar jangan sampai menodai almamaternya sendiri.

Bukankah PT merupakan pabrik pencetak manusia intelektual dan berkarakter? Dan mahasiswa (alumni) merupakan kalangan terdidik yang menempati posisi tinggi serta menjadi panutan dalam masyarakat? Jadi, penulis sepakat dengan apa yang diucapkan Kemendinas, malu dong orang-orang terdidik, sekolah tinggi-tinggi kok korupsi?

Sumur Abar, 10/5/2012

Rabu, 18 April 2012

Memilih Perguruan Tinggi Idaman



Sumur Abar - Ujian Nasional (16-18/04) baru saja dilalui oleh siswa yang masih menempuh jenjang pendidikan SMA sederajat, dalam masa tunggu pengumuman hasil Ujian Nasional para siswa kelas 3 SMA sederajat sudah harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian berikutnya yaitu memilih perguruan tinggi idaman sebagai jenjang pendidikan tertinggi yang akan mereka lalui pasca lulus dari tingkat SMA nantinya.

Menentukan perguruan tinggi dan jurusan yang akan kita idamkan memang bukan hal yang mudah, ada banyak faktor yang harus kita pertimbangkan untuk memilih perguruan tinggi yang akan kita tempuh di saat persaingan dalam seleksi masuk ke perguruan tinggi semakin ketat, biaya pendidikan yang semakin mahal, keadaan ekonomi yang terkadang menyudutkan akan tetapi kita dalam keterbatasan peluang melanjutkan pendidikan sebagai media belajar berikutnya yang akan menjadi langkah awal masa depan kita.

Setelah lulus tingkat SMA banyak orang tua dan calon mahasiswa akan selalu dipusingkan dengan memilih perguruan tinggi yang berkualitas dan menjadi idaman. Namun mendifinisikan perguruan tinggi idaman memang gampang-gampang susah dan lebih bersifat kondisional tergantung pada perbedaan perspektif minat, bakat dan kemampuan seseorang. Ketika dihadapkan pada pilihan jurusan apa dan perguruan tinggi mana akan melanjutkan studi penulis selepas lulus SMA, penulis mengalami hal yang mungkin juga dialami oleh para calon mahasiswa lain, yaitu kebingungan menentukan pilihan yang nantinya bidang dan tempat tersebut akan menempa diri menjadi pribadi yang mempunyai skill yang lebih.

Namun sebelum memilih perguruan tinggi idaman, hal yang harus diketahui adalah tentang minat diri kita sendiri, yaitu dalam jurusan dan perguruan tinggi seperti apa yang kita inginkan. Pertama, adalah menentukan jurusan atau ilmu apa yang akan digeluti nantinya. Masalah hal ini ada baiknya menanyakan bakat dan minat diri sendiri, pendapat teman-teman dan tentu orang tua. Terkadang orang tua nantinya mengintervensi dalam menentukan jurusan studi yang harus kita pilih, akan tetapi kita harus tetap memperjuangkan jurusan yang akan dijalani nantinya.

Kedua, pemilihan perguruan tinggi. Setelah memilih jurusan yang akan ditekuni, tentu harus melihat perguruan tinggi mana yang memiliki jurusan keilmuan tersebut. Jangan terlalu mengidamkan nama besar perguruan tinggi, sehingga ketika di perguruan tinggi tersebut tidak memiliki wadah untuk minat ke jurusan yang kita minati tentu lebih baik mencari perguruan tinggi lain yang memiliki jurusan pilihan studi tersebut. Prioritaskan dalam melanjutkan studi ke perguruan tinggi berdasarkan minat dan bakat diri terutama untuk memilih jurusan yang akan digeluti. Akan menjadi sia-sia jika ternyata masuk dalam jurusan yang salah yang tak sesuai dengan bakat dan minat pribadi sehingga pastikan terlebih dahulu apakah perguruan tinggi tersebut memiliki jurusan yang diminati.

Sebenarnya mengenali perguruan tinggi idaman sangat mudah, setidaknya kenali perguruan tinggi yang mencakup dua kondisi yaitu dari segi internal dan eksternal. Dari segi internal yang perlu diperhatikan di antaranya adalah kurikulum dan kualitas dosen, peluang beasiswa yang tersedia serta kapasitas mahasiswa yang bisa ditampung sedangkan dari segi eksternal mencakup bagaimana interelasi dan kerjasama PT dengan PT lain, perusahaan-perusahaan dan alumni serta prestasi dan peringkat dalam standar nasional bahkan internasional.

Secara umum memilih PT harus memenuhi berbagai pertimbangan, diantaranya harus menimbang keseimbangan prinsip penawaran. Hal ini penting terlebih bagi calon mahasiswa yang berada di golongan ekonomi menengah ke bawah. Usahakan mencari perguruan tinggi yang memiliki penawaran kualitas dan harga yang harus dikeluarkan dengan neraca yang seimbang. Untuk hal ini sesuaikanlah dengan kondisi ekonomi orangtua.

Selanjutnya adalah melihat akreditasi dalam jurusan yang diminati. Akreditasi merupakan suatu apresiasi dan penghargaan sebagai sebuah wujud pengakuan atas kualitas dan prestasi dari beberapa penilaian yang dilakukan oleh BAN-PT terhadap mutu jurusan tertentu dalam perguruan tinggi. Kalau dahulu sebelum tahun 1994 status fakultas atau jurusan dikenal dengan status terdaftar, diakui dan disamakan. Status yang paling tinggi adalah status disamakan. Kini menjadi akreditasi, status akreditasi perguruan tinggi adalah NA, C, B, A dengan status akreditasi perguruan tinggi tertinggi adalah A, atau minimal pilihlah status akreditasi B. Akreditasi memang tidak sepenuhnya mewakili kualitas dari jurusan tersebut akan tetapi setidaknya cukup sebagai pedoman awal menilai kualitas suatu jurusan tertentu.

Kultur pendidikan termasuk bagian penting. Kultur pendidikan di sini bersifat kompleks. Misalnya bagaimana kondisi lingkungan dalam perguruan tinggi dapat memberikan rasa nyaman dan wadah untuk memfasilitasi kebebasan mengeksploitasi bakat dan minat diri mahasiswa. Misalnya mahasiswa yang suka dalam dunia menulis cobalah memilih perguruan tinggi yang berada pada ruang dan lingkungan yang memiliki wadah untuk mengembangkan kepenulisan. Kultur pendidikan juga termasuk kelengkapan unit kegiatan mahasiswa yang ada dalam perguruan tinggi tersebut. 

Kualitas seorang tenaga pengajar termasuk suatu hal yang perlu diperhatikan juga. Dengan kata lain tenaga pengajar harus profesional atau bekerja sesuai di bidang keahliannya, memiliki sistematika mengajar yang baik serta memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. perguruan tinggi yang berkualitas baik biasanya memiliki program untuk meningkatkan kualitas dosennya seperti memiliki program peningkatan kualitas dosen pertahunnya, mengadakan pertukaran dosen dan sebagainya.

Fasilitas belajar turut harus diperhatikan, tentunya perguruan tinggi idaman harus mempunyai fasilitas belajar yang menunjang dan memadai. Suasana dan lingkungan belajar harus tenang, aman dan membuat nyaman dalam proses belajar-mengajar. Termasuk ruangan kuliah harus memadai artinya mahasiswa yang belajar seimbang dengan ruang kuliah dan memiliki daya tampung yang memadahi bagi mahasiswa.

Terakhir prospek lapangan dan keahlian kerja. Namun perlu dicatatkan bahwa maksud di sini bukan semata perguruan tinggi yang menyediakan langkah-langkah untuk memfasilitasi ruang kerja bagi lulusan perguruan tinggi nantinya atau mencetak mahasiswa yang siap pakai kerja, akan tetapi perguruan tinggi yang baik justru yang mencetak bagaimana menjadi mahasiswa yang mandiri dan memiliki daya juang di berbagai medan masyarakat.

Pastikan kita mengenali dengan baik perguruan tinggi yang ideal yang menjadi idaman kita, jangan pertaruhkan masa depan kita dengan sembarang memilih. Selamat datang di bumi kampus calon mahasiswa generasi masa depan bangsa!!

Sumur Abar, 18/4/2012

Kamis, 29 Maret 2012

Pendidikan Antikorupsi Mahasiswa Berbasis Moralitas



Sumur Abar - Seorang mahasiswa bukan hanya menjadi penonton, tetapi juga ikut ke dalam gelanggang permainan, dan melakukan gerakan yang tanpa tendensi apapun dan bukan pula gerakan yang hanya sarat dengan pesanan penguasa.

Hukum sesungguhnya terbentuk dan berkembang sebagai produk sosial yang sekaligus mempengaruhi dan menekan sebagai suatu kebijakan sehingga hukum mencerminkan dinamika proses interaksi sosial-masyarakat yang berlangsung secara kontinyu. Hukum tidak dapat dipisahkan dari sosio-kultur, sejarah serta waktu di mana kita sedang berada, law is not separate from the culture, history and time in which it exists. Dalam setiap perkembangan sejarah dan sosial harus diimbangi dengan perkembangan hukum yang menyertainya.

Sehingga hukum seharusnya menjadi jembatan atau instrumen dalam mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia sebagaimana yang tertulis dalam Pembukaan UUD ’45. Namun sayangnya dalam penegakan supremasi hukum di era reformasi ini terjadi kekeliruan dalam menafsirkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila serta tujuan subtantif yang dicita-citakan bangsa Indonesia.

Maka dimasa mendatang harus ada perubahan suasana hukum dari sistem hukum yang sedang berjalan kepada sistem hukum yang diinginkan, dan berorientasi kepada pandangan hidup, wawasan politik hukum dan kepentingan nasional, sebagai bangsa yang sedang membangun berdasarkan suatu konsep strategi pengelolaan nasional, dan memperhitungkan dimensi-dimensi nasional, regional, dan global. Dengan demikan perlu dilakukan reformasi hukum terhadap kekeliruan interpretasi dan kembali kepada konseptual sejumlah Nilai Dasar yang tercantum dalam Pembukaan maupun Batang Tubuh, Penjelasan UUD 1945 dan ketetapan MPR.

Namun di dalam pemerintahan Indonesia kini, rekayasa permainan dan manipulasi politik dilakukan hanya untuk memenuhi hasrat pribadi, hukum tak lagi menjadi kekuatan yang menakutkan. Karakter yang ditunjukkan oleh para aparatur pemerintahan ini menunjukkan ada yang salah dalam kepribadian mereka yang telah mengalami krisis moral. Arus pergeseran sekularisme dan globalisasi telah memisahkan agama dari pemerintahan sehingga mengakibatkan sosok non-religius yang ambisius. Tak pelak, intesitas korupsi di Indonesia semakin meningkat, karena memang sistem politik pemerintahan yang dijalankan merupakan sistem korup.

Sehingga ditengah kepemimpinan gaya sekuler itu, perlu ada perubahan signifikan dalam merehabilitasi kader dan generasi bangsa ke depan agar tidak terperosok ke dalam jurang semakin dalam, yaitu pertama mempersiapkan generasi yang memenuhi kriteria akseptabilitas, kapabilitas, dan integritas.

Ketiga sifat itu merupakan satu kesatuan tak terpisahkan, karena misalnya tanpa akseptabilitas, seorang pemimpin akan rentan dipertanyakan keabsahannya karena tidak memiliki legitimasi yang kuat. Sebaliknya, tanpa kapabilitas, tentu tidak akan mampu memimpin peradaban karena lemah dalam kompetensi dan kualitas. Begitu pula apabila tanpa integritas, pemimpin akan mudah terombang-ambing dalam arus pergeseran moral dan karakter politik.

Kedua, mempersiapkan integrasi dua kekuatan antara kekuatan sekuler dan kekuatan religius merupakan representasi ideal dalam membawa bangsa ke arah yang lebih baik.

Setidaknya ada beberapa tekanan yang menyeret pergeseran moralitas para politisi.
Pertama, beban intelektual. Indonesia memang negara partai, kepemimpinan pun tidak dipilih berdasarkan kapabilitas dan profesionalisme akan tetapi berdasarkan kekuasaan. Sehingga politisi terjebak pada kelatahan kemampuan dalam yang bukan bidang yang mengakibatkan merebaknya ketidakjujuran.

Kedua, kenyataan bahwa politisi yang seharusnya menjadi wakil rakyak merupakan wakil partai. Sehingga sehingga sikap solider dan pernyataan sikap harus merupakan penjelmaan dari kepentingan partai meski harus berbeda dari pendapat pribadi. Ketiga, merosotnya etika kritis dikalangan politisi.

Sehingga generasi mahasiswa sebagai nafas generasi bangsa, seharusnya mereka dididik pendidikan antikorupsi berbasis religiusitas sehingga mampu memegang prinsip moralitas dari bisikan sekularis dan gaya hidup hedonis, maka berbagai kebijakan dan transaksi politik murni merupakan pengejewantahan tugas kepemimpinan dan rasa tanggungjawab. Pendidikan antikorupsi berbasis moralitas dan representasi religiusitas akan mampu melipat ideologi kapitaslis-sekularis penyebab merosotnya moralitas aparatur negara.

Sumue Abar, 29/3/2012

Minggu, 19 Februari 2012

Soichiro Honda : Kerja Keras Menjadi Raja Jalanan


Sumur Abar - Jika Anda adalah seorang yang dewasa dan hidup di zaman modern ini, terlebih Anda sudah terbiasa dekat dengan kendaraan bermotor roda dua dan jalan raya, Anda pasti akan sangat familier dengan kendaraan bermotor roda dua yang bermerek Honda. Bahkan saking familiernya, jika Anda hidup di pulau Jawa, terutama Jawa Timur, orang-orang desa kebanyakan menyebut sepeda motor dengan sebutan Honda, karena merek inilah yang paling mereka kenal.

Merek kendaran ini memang selalu menyesaki padatnya lalu lintas, karena itu barangkali memang layak disebut sebagai raja jalanan. Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri kerajaan bisnis Honda, Soichiro Honda, selalu diliputi kegagalan saat menjalani kehidupannya sejak kecil hingga berbuah lahirnya imperium bisnis mendunia itu. Dia bahkan tidak pernah bisa menyandang gelar insinyur. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.

Saat merintis bisnisnya, Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun, ia terus bermimpi dan bermimpi. Dan, impian itu akhirnya terjelma dengan bekal ketekunan dan kerja keras. ''Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya di sekitar mesin, motor dan sepeda,'' tutur Soichiro, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengidap lever. Kecintaannya kepada mesin, jelas diwarisi dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah. Di kawasan inilah dia lahir.

Kala sering bermain di bengkel, ayahnya selalu memberi catut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906 ini dapat berdiam diri berjam-jam. Tak seperti kawan sebayanya kala itu yang lebih banyak menghabiskan waktu bermain penuh suka cita. Dia memang menunjukkan keunikan sejak awal. Seperti misalnya kegiatan nekad yang dipilihnya pada usia 8 tahun dengan bersepeda sejauh 10 mil. Itu dilakukan hanya karena ingin menyaksikan pesawat terbang.

Bersepada memang menjadi salah satu hobinya kala kanak-kanak. Dan buahnya, ketika 12 tahun, Soichiro Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Sampai saat itu, di benaknya belum muncul impian menjadi usahawan otomotif, karena dia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya selalu rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke kota untuk bekerja di Hart Shokai Company. Bossnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja di situ, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, Saka Kibara mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya. Di Hamamatsu, prestasi kerjanya kian membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya tak jarang hingga larut malam, dan terkadang sampai Subuh.

Yang menarik, walau terus kerja lembur otak jeniusnya tetap kreatif. Kejeniusannya membuahkan fenomena. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik untuk kepentingan meredam goncangan. Menyadari ini, Soichiro punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Pada usia 30 tahun, Honda menandatangani patennya yang pertama.

Setelah menciptakan ruji. Lalu Honda pun ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Mulai saat itu dia berpikir, spesialis apa yang dipilih ? Otaknya tertuju kepada pembuatan ring piston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada 1938. Lalu, ditawarkannya karya itu ke sejumlah pabrikan otomotif. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring Piston buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu dan menyesalkan dirinya keluar dari bengkel milik Saka Kibara. Akibat kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius.

Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal ring pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah, dia langsung ke bengkel mempraktekkan pengetahuan yang baru diperoleh. Tetapi, setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah. ''Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,'' ujar Honda, yang diusia mudanya gandrung balap mobil. Kepada rektornya, ia jelaskan kuliahnya bukan mencari ijazah. Melainkan pengetahuan.

Penjelasan ini justru dianggap penghinaan. Tapi dikeluarkan dari perguruan tinggi bukan akhir segalanya. Berkat kerja kerasnya, desain ring pinston-nya diterima pihak Toyota yang langsung memberikan kontrak. Ini membawa Honda berniat mendirikan pabrik. Impiannya untuk mendirikan pabrik mesinpun serasa kian dekat di pelupuk mata. Tetapi malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana kepada masyarakat. Bukan Honda kalau menghadapi kegagalan lalu menyerah pasrah. Dia lalu nekad mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Namun lagi-lagi musibah datang.

Setelah perang meletus, pabriknya terbakar, bahkan hingga dua kali kejadian itu menimpanya. Honda tidak pernah patah semangat. Dia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, untuk digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Penderitaan sepertinya belum akan selesai. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik ring pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947, setelah perang, Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya akibat krisis moneter itu. Padahal dia ingin menjual mobil itu untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia lalu kembali bermain-main dengan sepeda pancalnya. Karena memang nafasnya selalu berbau rekayasa mesin, dia pun memasang motor kecil pada sepeda itu.

Siapa sangka, sepeda motor-- cikal bakal lahirnya mobil Honda -- itu diminati oleh para tetangga. Jadilah dia memproduksi sepeda bermotor itu. Para tetangga dan kerabatnya berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Lalu Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobilnya, menjadi raja jalanan dunia, termasuk Indonesia.

Semasa hidup Honda selalu menyatakan, jangan dulu melihat keberhasilanya dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. tapi, mereka tidak melihat 99 persen kegagalan saya,” tuturnya. Ia memberikan petuah, “Ketika Anda mengalami kegagalan, maka segeralah mulai kembali bermimpi. dan mimpikanlah mimpi baru.'' Jelas kisah Honda ini merupakan contoh, bahwa sukses itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, dan hanya berasal dari keluarga miskin. 

Sumur Abar, 19/2/2012.

Minggu, 05 Februari 2012

DAHLAN ISKAN : Anak Miskin yang Jadi Raja Media & Menteri

Sumur Abar - Dahlan Iskan adalah salah satu putera terbaik Indonesia. Beliau dikenal masyarakat karena keberhasilannya dalam memimpin surat kabar Jawa Pos yang awalnya hanya koran daerah yang hampir gulung tikar menjadi koran nasional dengan penjualan yang sangat fantastis. Saat ini Dahlan Iskan menjabat menjadi menteri BUMN menggantikan Mustafa Abubakar. Dahlan Iskan dilahirkan di Magetan Jawa Timur, tepatnya di desa Kebun Dalam Tegalarum, Kecamatan Bando, Magetan, Jawa Timur pada tahun 1951. Dahlan Iskan tidak pernah tahu tepatnya tanggal dan bulan ia dilahirkan, sampai saat ini tanggal yang ia gunakan sebagai tanggal lahir adalah karangannya sendiri. Ia menggunakan tanggal 17 Agustus 1951 sebagai hari kelahirannya karena tanggal itu tepat hari kemerdekaan Indonesia sehingga mudah diingat. Selain itu mungkin ia juga ingin tersemangati dengan tanggal itu seperti semangat para pejuang tahun 45. Masa Kecil Dahlan Iskan Dahlan Iskan adalah anak dari pasangan Mohammad Iskan dan Lisnah. Dahlan adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak pertamanya bernama Khosyatun, kakak keduanya bernama Sofwati sedangkan adik bungsunys bernama Zainuddin. Orang tua Dahlan Iskan bukanlah orang kaya, bahkan sangat miskin sekali. Dahlan dan saudara-saudaranya terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Kehidupan telah menempa Dahlan kecil menjadi pribadi yang tangguh. Sering ia dan saudaranya merasa perih di perut karena menahan rasa lapar, ia belitkan sarung di perutnya. Kemiskinan bukan berarti harus meminta-minta untuk dikasihani melainkan harus dihadapi dengan bekerja dan berusaha. Ayah Dahlan pernah berkata “Kemiskinan yang dijalani dengan tepat akan mematangkan jiwa”. Begitulah prinsip keluarga Dahlan. Pada saat kecil Dahlan Iskan hanya memiliki baju satu stel yaitu kaos dan celana serta satu sarung. Sarung adalah baju serba guna bagi dahlan, saat beribadah ia gunakan sarung, saat baju dan celana nya dicuci , ia gunakan sarung sampai pakaiannya kering, saat tidur di malam hari ia gunakan sarung untuk selimut. Ketika sekolah ia tidak mempunyai sepatu. Saat itu jarak antara rumah dan sekolahnya puluhan kilometer, sehingga ia dan saudaranya menempuhnya dengan berjalan kaki dengan merasakan lecet di telapak kaki karena tak bersepatu. Sehingga ia menyimpan keinginan besar yaitu bisa memiliki sepeda dan sepatu (selengkapnya baca “Sepatu Dahlan”). Kenangan Tentang Ayah dan Ibunya Tentang ayah dan ibu Dahlan, yang ia ingat tentang orang tuanya adalah bahwa ayah dan ibunya adalah sosok yang bersahaja. Ayah dan ibunya adalah pasangan yang harmonis, walaupun hidup serba kekurangan, ayah dan ibunya hampir tidak pernah bertengkar. Ada cerita menarik tentang orang tua Dahlan. Di dekat rumah Dahlan ada kebun pisang milik keluarganya, saat itu daun pisang sedang lebat-lebatnya. Ibu Dahlan sangat senang melihat daun pisang yang rimbun. Tanpa sepengetahuan istrinya, ayah Dahlan memotong daun pisang itu dan menjualnya ke pasar karena butuh uang, kontan saja saat ibunya mengetahui, ia sangat marah dan terjadilah adu mulut antar keduanya. Itulah satu-satunya pertengkaran yang pernah terjadi diantara orang tua Dahlan. Suatu saat ibu Dahlan terserang penyakit yang membuat perutnya membesar. Karena orang desa dan tak punya biaya, mereka tak tahu itu penyakit apa. Akhirnya ibu Dahlan meninggal dunia. Ketika dewasa Dahlan baru tahu bahwa penyakit ibunya itu adalah sejenis kista yang dengan operasi sederhana bisa sembuh. Jika Dahlan mengingat itu, kecewa hatinya. Saat itulah Dahlan bertekad menjadi orang pandai, kaya dan sukses. Agar tidak terjadi lagi hal seperti itu di kehidupannya. Sepulang sekolah, Dahlan tak lantas bermain-main. Ia harus bekerja membantu orang tuanya seperti menyabit rumput, menjadi kuli seset di kebun tebu, menggembala kambing dan lainnya. Namun hal ini tak lantas membuat Dahlan kecil kehilangan keceriaannya. Ia tetaplah menjadi anak kecil yang periang dan sesekali nakal. Pernah suatu hari, karena sangat ingin memiliki sepatu, Dahlan membongkar lemari ayahnya guna mencari siapa tahu ayahnya menyimpan sejumlah uang disana. Ia juga pernah mendapatkan nilai merah di raport-nya. Ketika ia telah berhasil memiliki sepatu, ia tetap ‘nyeker’ berjalan ke sekolah dan sepatunya ia ‘tenteng’ agar tetap awet dan tidak rusak. Kisah kenakalan Dahlan kecil yang lain adalah sewaktu pulang sekolah, ia dan adiknya yang bernama Zainuddin bekerja menggembalakan kambing, “Waktu itu masih SD. Setelah pulang sekolah, kami biasa menggembala domba di pinggir sungai desa,” kata Zainuddin. Sambil menggembala domba, ia dan teman-temannya bermain wayang dari ranting ketela pohon. “Karena keasyikan, enggak tahu ternyata domba-dombanya sudah lewat dan kembali ke kandang di rumah.” Mereka berdua sangat ketakutan sekali jika dimarahin bapaknya, namun mereka akhirnya lega karena jumlah domba yang kembali lengkap 30 ekor. Pengalaman kenakalan Dahlan waktu kecil yang lain adalah saat adu menunggang kerbau dan Dahlan terjatuh dari kerbaunya yang mengakibatkan mulutnya terluka. Karir Dahlan Iskan Sebelum saya mengulas tentang karir Dahlan Iskan, saya akan sedikit mengulas tentang riwayat pendidikan Dahlan Iskan. Dahlan Iskan mulai bersekolah di madrasah yang juga disebut sekolah rakyat (sekarang bernama sekolah dasar). Setelah tamat ia melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama, kemudian ke sekolah aliyah setingkat SLTA. Setamat SLTA, Dahlan Iskan melanjutkan sekolahnya di fakultas hukum IAIN Sunan Ampel dan di Universitas 17 Agustus. Semasa kuliah ia lebih senang mengikuti kegiatan kemahasiswaan seperti Pelajar Islam Indonesia dan menulis majalah mahasiswa dan koran mahasiswa ketimbang mengikuti kuliah. Karena keasyikannya itu ia jadi tidak meneruskan kuliahnya. Kemudian Dahlan Iskan hijrah ke Samarinda, Kalimantan Timur, disana ia numpang di rumah kakak tertuanya. Disana ia menjadi reporter sebuah surat kabar lokal. Tulisan Dahlan banyak yang meminatinya. Pada Tahun 1976, Dahlan kembali ke Surabaya dan bekerja sebagai wartawan majalah Tempo. Saat itu terjadi musibah yang bersejarah yaitu tenggelamnya kapal Tampomas. Dahlan menulis tentang musibah tersebut dengan sepenuh hati dan meletakkannya di Headline News Tempo. Tak disangka hasilnya sangat luar biasa, dari respon pembaca banyak yang menyukai gaya Dahlan menulis. Hal inilah yang membuat pimpinan Tempo mengangkat Dahlan sebagai kepala biro Tempo Jatim. Walau sudah bekerja dan menulis untuk Tempo, diam-diam Dahlan juga menulis untuk koran lain seperti Surabaya Post dan surat kabar mingguan seperti Ekonomi Indonesia sebagai tambahan penghasilan. Hal ini diketahui oleh pimpinan Tempo dan menegur Dahlan. Dahlan Iskan dan Jawa Pos Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen pada 1 Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Saat itu The Chung Shen hanyalah seorang pegawai bagian iklan sebuah bioskop di Surabaya. Karena setiap hari dia harus memasang iklan bioskop di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk membuat surat kabar sendiri. Setelah sukses dengan Jawa Pos-nya, The Chung Shen mendirikan pula koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Bisnis The Chung Shen di bidang surat kabar tidak selamanya mulus. Pada akhir tahun 1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya hanya tinggal 6.800 eksemplar saja. Koran-korannya yang lain sudah lebih dulu pensiun. Ketika usianya menginjak 80 tahun, The Chung Shen akhirnya memutuskan untuk menjual Jawa Pos. Dia merasa tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga orang anaknya lebih memilih tinggal di London, Inggris. Saat itu terdengar kabar bahwa Jawa Pos dibeli oleh Direktur Utama PT Grafiti Pers, Penerbit Tempo yaitu Eric Samola. Melihat prestasinya yang lumayan dan keinginan Dahlan untuk berbuat lebih, tahun 1982 ia dipromosikan menjadi pemimpin Koran Jawa Pos. Awalnya koran Jawa Pos bernama Java Post kemudian diganti dengan Djawa Post dan diganti lagi menjadi Jawa Pos. Awalnya media masa Surabaya dikuasai oleh Surabaya Post dan Kompas. Saat Dahlan Iskan ditunjuk menjadi pimpinan Jawa Pos, Jawa Pos hampir bangkrut karena kalah bersaing. Perputarannya saja hanya 6.800 eksemplar. Namun Dahlan tidak berputus asa. Ia mencari akal untuk menyelamatkan Jawa Pos. Ketika itu budaya membaca koran adalah di sore hari. Melihat ini muncullah ide cemerlang Dahlan. Ia memutuskan bahwa Jawa Pos akan diterbitkan dan dibagikan di pagi hari. Ide ini di gulirkan Dahlan agar Jawa Pos seakan-akan bisa memberikan berita lebih cepat dari koran lain. Namun tidak semua stafnya menyetujui usul Dahlan karena bertentangan dengan kebiasaan masyarakat dalam membaca koran. Sore hari adalah saat santai, orang pulang kerja sembari santai dengan membaca koran. Sedangkan pagi hari, banyak orang diburu waktu untuk kerja. Mana mungkin ada waktu untuk membaca koran. Bagaimana nanti jika Jawa Pos tidak laku jika diterbitkan pagi hari. Begitulah argumen para stafnya yang tidak setuju dengan usul Dahlan. Namun Dahlan tidak menyerah, justru inilah kesempatan Jawa Pos. Saat koran lain belum terbit, Jawa Pos mendahului untuk terbit dan dibagikan. Sehingga akan membentuk opini bahwa Jawa Pos lebih cepat meliput berita dan lebih cepat mengetahui berita dibandingkan koran lain. Persoalan kebiasaan membaca koran di sore hari itu pelan-pelan dapat di rubah di pagi hari. Tentunya orang akan lebih senang jika lebih cepat mengetahui apa yang terjadi di masyarakat ketimbang yang terakhir tahu. Akhirnya Jawa Pos terbit di pagi hari. Awalnya masyarakat kaget ada koran yang terbit di pagi hari. Tetapi dengan sabar Dahlan dan timnya mengedukasi masyarakat untuk membaca koran di pagi hari. Dahlan membentuk opini bahwa lebih cepat mengetahui berita yang up to date itu lebih cerdas dan lebih keren. Untuk hal ini Dahlan Iskan bahkan terjun langsung dalam memasarkan koran Jawa Pos. Pelan-pelan Jawa Pos membiasakan masyarakat untuk membaca koran di pagi hari. Menerbitkan kkoran di pagi hari, Jawa Pos hampir tidak ada saingannya karena koran lain tetap terbit sore hari. Akhirnya dalam kurun waktu lima tahun yaitu 1982-1987 Jawa Pos berhasil terbit dengan oplah 126.000 eksemplar. Omset Jawa Pos naik 20 kali lipat dari omset ditahun pertama yaitu tahun 1982. Omset Jawa Pos mencapai 10,6 miliar. Dari surat kabar yang hampir gulung tikar, Dahlan Iskan menjadikan Jawa Pos menjadi surat kabar yang spektakuler dan Jawa Pos di bawah kepemimpinan Dahlan berhasil merubah kebiasaan masyarakat dari membaca koran di sore hari menjadi pagi hari. Melihat keberhasilan Jawa Pos, koran lain yang awalnya terbit sore juga ikut-ikutan ter bit pagi karena takut kehilangan pasar. Di tahun 1993 saat usianya mencapai 42 tahun, Dahlan mengundurkan diri menjadi pemimpin redaksi dan pemimpin umum Jawa Pos karena ia ingin memberikan kesempatan pada orang yang lebih muda untuk berkarya. Dahlan Iskan akhirnya fokus mengembangkan jaringan media Jawa Pos, yang awalnya hanya menerbitkan koran saja, Jawa Pos kemudian juga membuat majalah dan juga surat kabar daerah lain. Jaringan ini terkenal dengan nama Jawa Pos News Network (JPNN). JPNN adalah jaringan media terbesar di Indonesia saat ini dengan memimpin 190 surat kabar, tabloid dan majalah serta memiliki 40 percetakan yang tersebar di seluruh Indonesia. Tahun 1997 Dahlan Iskan membangun gedung pencakar langit yang terkenal di Surabaya dengan nama Graha Pena. Gedung ini menjadi pusat aktivitas JPNN. Selain di Surabaya, Dahlan Iskan juga membangun gedung serupa di Jakarta mengingat Jakarta adalah ibukota Indonesia dan untuk lebih mengukuhkan keberadaan JPNN di tanah air. Dahlan juga melirik media elektronik dengan mendirikan stasiun TV lokal surabaya yaitu JTV dan SBO, Batam yaitu Batam TV, di Pekanbaru yaitu Riau TV, FMTV di Makassar, PTV di Palembang, dan Parahyangan TV di Bandung dan di kota-kota lainnya yang mencapai 34 stasiun televisi lokal. “Jangan meletakkan semua telur di keranjang yang sama”, begitulah pepatah bisnis. Dahlan Iskan juga mempercayai pepatah itu. Ia mendiversifikasikan usahanya ke bisnis real estate dan hotel. Selain itu Dahlan Iskan juga memiliki perusahaan yang berkaitan dengan listrik yaitu direktur pembangkit listrik swasta PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kelak mengapa Dahlan ditunjuk menjadi Direktur Utama PLN. Fangbian Iskan Corporindo (FIC) Pada awal tahun 2009, Dahlan Iskan juga menaruh 'telur investasinya' di bidang industri komunikasi. Beliau membangun Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL) yang akan menghubungkan Surabaya - Indonesia dan Hong Kong dengan panjang serat optik mencapai 4.300 kilometer. Proyek ini di dalam naungan Fangbian Iskan Corporindo (FIC) dengan Dahlan Iskan yang menjadi Komisarisnya. Kesuksesan Dahlan Iskan dalam mengembangkan Jawa Pos Group sangat terkenal dimana-mana. Setiap saat media cetak dan elektronik meliput keberhasilan raja media asal Jawa Timur ini sampai-sampai Presiden SBY pun tahu kecemerlangan Dahlan Iskan dalam memimpin JPNN. Waktu itu di Jakarta sedang musimnya mati lampu. Banyak masyarakat yang mengeluh alat elektroniknya rusak gara-gara byar-pet ini. Fahmi Mochtar yang menjadi Dirut PLN saat itu banyak menuai kritikan. Akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan keputusan untuk mengangkat Dahlan Iskan menjadi Dirut PLN menggantikan Fahmi Mochtar. Kemudian saat ini Dahlan Iskan justru diangkat menjadi seorang menteri, meskipun hanya tamatan SMA. Sumur Abar, 5/2/2012

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More