This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 24 Desember 2011

Bukti Ilmiah Kakbah Pusat Dunia

Sumur Abar - Pada awalnya, karena kebutuhan untuk standardisasi pembagian zona waktu dan peredaran tanggal di seluruh dunia, delegasi dari berbagai negara mengadakan konferensi garis bujur internasional yang dilangsungkan di Washington D.C., yang berhasil menetapkan kota Greenwich sebagai pusat bumi dan ditetapkan terletak pada garis bujur nol derajat dan dijadikan referensi tempat-tempat lain untuk menentukan nilai letak geografisnya yang disetujui oleh 22 negara dari 25 negara peserta konferensi. Dari hasil konferensi tersebut, praktis Garis Bujur Utama ditetapkan melintasi Greenwich sebagai "pusat waktu dan angkasa" dan rumah milenium baru sehingga dalam hal ini Greenwich Mean Time (GMT) adalah garis imajiner yang melintasi Greenwich dan tujuh kota lainnya dalam garis bujur ditetapkan sebagai garis bujur nol derajat dan dalam bola bumi dibagi menjadi 24 pembagian waktu dengan porsi perbedaan waktu 150/jam. Namun dalam perkembangan peradaban modern ini, penetapan Greenwich sebagai pusat bumi mulai digugat dan dijustifikasi sebagai ketetapan yang tidak ilmiah berdasarkan observasi dan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli, dalam hal ini seorang saintis Indonesia, Bambang E. Budhiyono, mengutarakan bahwa penetapan Greenwich sebagai pusat bumi tidak berdasarkan bukti ilmiah, tetapi hanya berdasarkan faktor "leluhur" dan "kebetulan". Alasannya, ternyata penetapan Greenwich sebagai pusat bumi berikut sistem GMT-nya adalah karena faktor nenek moyang Tuan Charles F. Dowd, yang sebelum diangkut dengan kapal May Flower untuk dibuang ke Amerika ternyata berasal dari Kota Greenwich, dan kebetulan di kota itu terdapat sebuah observatorium yang tergolong penting di dunia. Jika status Greenwich sebagai pusat bumi tidak berlandaskan dasar ilmiah, lalu di mana letak pusat bumi sebenarnya? Buku Ka'bah Pusat Dunia karya Saad Muhamad Al-Marsaafy ini menjawab, di sinilah kemudian mukjizat ilmiah membuktikan bahwa Kakbah merupakan pusat dunia. Pembuktian tersebut didapat setelah menggambar peta beserta semua benua di atasnya, Mekah ditemukan berada di tengah-tengah (pusat) bumi pada peta tersebut. Mekah adalah suatu pusat dari lingkaran yang menggabungkan semua benua. Dalam suatu cara mengancam, daratan bumi rata dibagi keliling Mekah. Observasi tersebut diperkuat dengan kalkulasi-kalkulasi yang dibuat menggunakan komputer membuktikan fakta tersebut, proses tersebut muncul dengan hasil berikut: pertama, dunia lama dengan mengambil sembilan kota dan pulau untuk menjadi batas-batas dari dunia lama, jarak lengkung yang dihitung di antara Mekah dan masing-masing jaraknya adalah sekitar 8.039 km. Dengan pembuktian tersebut, berarti Mekah ada di pusat dari sebuah lingkaran yang menyentuh tepi-tepi dari tiga benua yang membentuk dunia lama. Kedua, Dunia Baru, dengan perbandingan tiga lokasi, Kota Wellington di Selandia baru, Corn Horn (titik terjauh di Amerika Selatan), dan Alaska Utara (titik terjauh di Amerika Utara), jarak yang diukur adalah kira-kira 13.253 km yang mencapai titik-titik terjauh pada dunia baru dan ternyata Mekah memang ada di pusat dari suatu lingkaran yang melintasi batas-batas benua dari dunia baru. Sama halnya dengan dunia lama, lingkaran juga melintasi batas-batas timur dan barat dari kutub selatan. Secara lebih gamblang buku ini memang menjelaskan semua fakta-fakta ilmiah dari hasil riset tokoh-tokoh ahli, disertai data-data mukjizat ilmiah dan gambaran-gambaran peta dunia baru yang menunjukkan dan dengan dalil Kakbah sebagai pusat bumi serta konsep tata waktu dan pembagian zona berdasarkan standardisasi kelimuan ilmiah dan konsep waktu syari. Selain itu, dalam buku ini juga dilengkapi dengan wawasan sejarah dan kondisi Kakbah serta jazirah Arab pada umumnya ari aspek historis, geografis, dan kebudayaan sehingga buku ini sangat layak dikonsumsi oleh para praktisi dan saintis muslim, terutama yang bergelut dalam bidang geografi, astronomi, dan falak, serta masyarakat pada umumnya sebagai pengetahuan dunia baru yang lebih bernuansa ilmiah. Judul : Ka’bah Pusat Dunia, Sebuah Mukjizat Ilmiah Penulis : Saad Muhamad Al-Marsafy Penerjemah : Iwan Nurdaya-Djafar Penerbit : llagaligo Publisher, Bandar Lampung Cetakan : I, 2011 Tebal : xxiii + 113 Halaman Peresensi : Muh Hadi Bashori Terbit di : Lampung Pos, 18 Desember 2011 Sumur Abar, 26/12/2011

Kamis, 15 Desember 2011

MENELADANI ESENSI PERJUANGAN SONDANG HUTAGALUNG



Sumur Abar - Mahasiswa adalah nafas zaman, sosok intelektual muda yang diharapkan bangsanya untuk mampu membawa peran dalam setiap peristiwa yang terjadi di tengah berbagai dinamika kehidupan. Tak bisa dipungkiri, dalam catatan historis mahasiswa selalu memegang peranan penting di hampir setiap transformasi sosial dan perjuangan meraih cita-cita suatu bangsa. Dalam lintas sejarah bangsa Indonesia, kita akan melihat begitu dominannya peran mahasiswa dalam melakukan perubahan yang dimulai dari kebangkitan nasional 100 tahun silam, sumpah pemuda, kemerdekaan republik Indonesia, tumbangnya orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun hingga lahinya orde reformasi. Sejarah mengatakan tanpa mahasiswa negeri ini tidak akan menikmati kemerdekaan dan akan terus menerus hidup dalam ketidakadilan bahkan penindasan.

Namun pasca 66 tahun kemerdekaan secara de facto, Indonesia hanya merasakan kemerdakaan sebatas formalitas belaka, secara esensi bangsa terbesar di Asia Tenggara ini belum merasakan makna kemerdekaan Indonesia yang seseungguhnya. Bukan akibat penjajahan kaum sepilis negara-negara lain, akan tetapi justru penjajahan kali ini naifnya dilakukan oleh anak bangsa sendiri, korupsi, kolusi dan nepotisme tak kunjung berhenti melanda dan merepresi keberadaan kemerdakaan bangsa ini, keadaan politik, ekonomi, sosial-budaya, militer, kekuasaan praktis tak menunjukkan perkembangan berarti, cenderung stagnan dan bahkan mengalami degradasi semakin ke belakang.

Setali tiga uang, mahasiswa yang diharapkan peranannya sebagai agen perubahan pun mengalami stagnasi pergerakan yang hebat, vis a vis pasca catatan brilian yang ditorehkan para mahasiswa orde baru itu praktis mahasiswa kini lebih teruforia oleh kesuksesan sejarah pergerakan para pendahulunya daripada membangkitkan semangat menciptakan sejarah baru, mahasiswa yang dikenal sebagai sosok yang radikal dan revolusioner tak lagi mampu menunjukkan eksistensinya dan cenderung hanya melakukan aksi demonstrasi oportunis yang tak memiliki tujuan, komitmen dan semangat perjuangan yang jelas, padahal dengan demonstrasi kecil-kecilan tersebut fungsinya hanya menambah pekerjaan aparat keamanan saja tanpa ada efek atau pengaruh signifikan terhadap perubahan kebijakan pemerintah dan nasib bangsa.

Mungkin hal inilah yang dilihat oleh Sondang Hutagalung, mahasiswa UBK yang melakukan aksi bakar diri di depan Istana negara beberapa waktu lalu. Secara sepintas aksi ini terlihat ekstrim bahkan sia-sia membuang nyawa hanya sekedar “mendapat perhatian dari presiden”, tapi memang haruskah dengan melakukan aksi bakar diri agar mendapat perhatian dari pemerintah?

Secara langsung aksi ini mengingatkan pada sosok Muhammad Bouazizi, seorang pedagang kaki lima di negara Tunisia yang melakukan aksi serupa, bakar diri. Hanya bedanya aksi bakar diri itu benar-benar efektif mampu membakar semangat perjuangan rakyat yang akhirnya menghasilkan sebuah revolusi terjadi di Tunisia. Namun, akankah kejadian serupa (revolusi) akan terjadi di Indonesia?

Sepertinya kejadian serupa akan sulit terjadi, alih-alih mengharapkan misi perjuangan sebagaimana rakyat Tunisia, di Indonesia bahkan masyarakat mayoritas hanya memberikan simpati dan merasa iba tanpa ada aktualisasi atau turut melakukan aksi yang berarti, atau justru kejadian ini hanya dilihat sebagai adegan bunuh diri sia-sia. Padahal kalo boleh jujur, pergerakan revolusioner bisa jadi satu-satunya cara meruntuhkan hegemoni kekuasaan para tikus yang memimpin negeri ini, seperti saat mahasiswa melengserkan kekuasaan rezim Soeharto. Mengapa? Kuncinya adalah paradoks SBY yang pintar melakukan pencitraan di tengah amburadulnya sistem pemerintahan dan kualitas moral para pejabat, hegemonik rezim SBY-Budiono sangat kuat sehingga mampu mengalienasi rakyat Indonesia untuk menerima keadaan yang diciptakan oleh rezim secara sukarela, praktis hanya ada segelintir dari mahasiswa yang masih berani menyuarakan aspirasinya meski hanya sebatas demonstrasi bar-bar kecil-kecilan tanpa makna.

Sehingga terlepas dari penilaian negatif aksi bakar dirinya, Sondang Hutagalung layak mendapatkan apresiasi khusus yang mampu tetap memiliki semangat juang yang tak dapat ditampik lagi ditengah kelesuan pergerakan mahasiswa, Sondang memiliki cara tersendiri untuk melakukan perlawanan, aksi bakar diri ini sesungguhnya menunjukkan bentuk protes dan sikap putus asa aktivis mahasiswa melihat kepemimpinan negeri ini. Bagi Sondang secara khusus sebagai aktivis Sahabat Munir dan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras), aksi ini merupakan bentuk keresahannya di tengah carut-marut kasus korupsi, kolusi dan nepotisme yang kian merepresi pemerintahan ini yang tak bisa hanya dengan melakukan aksi dan tuntutan perubahan. Aksi Sondang patut dimaknai sebagai usaha untuk menggertak semangat perjuangan mahasiswa untuk kembali menunjukkan eksistensinya dan mereposisi peranannya ditengah carut-marut pemerintahan rezim SBY ini.

Mereposisi Peranan Mahasiswa
Mahasiswa sebenarnya menduduki posisi strategis yaitu sebagai seseorang stake holder, yang mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah atau bahkan mengkritik kebijakan pemerintahan. Dengan kekuatan intelektual dan karakter mereka yang mendalam tentang berbagai fakta yang terjadi, mahasiswa adalah pihak yang seharusnya paling peka terhadap perkembangan kondisi masyarakat. Sayangnya budaya pragmatis telah melenakan peran utama mahasiswa ini dan menjatuhkan kedudukan mereka.

Sehingga saat ini penting untuk melakukan reposisi peran mahasiswa. Reposisi untuk mengembalikan posisi mereka sebagaimana mestinya yakni membangkitkan dan membangun masyarakat dalam meraih kembali identitasnya yang hilang dan kesadaran sejati pada dasarnya masyarakat membutuhkan mahasiswa yang sanggup membimbing mereka. Mahasiswa yang mampu memetakan potensi dan memberi solusi yang jeli untuk memecahkan berbagai persoalan masyarakatnya. Masyarakat membutuhkan mahasiswa yang sanggup berdiri di hadapan para penindas untuk membela mereka dengan pengetahuan yang benar. Masyarakat membutuhkan mahasiswa yang berani berkorban, berani mengungkapkan kebenaran. Masyarakat membutuhkan mahasiwa sejati yang mampu memahami realita kehidupan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Apa sesungguhnya persoalan-persoalan yang terjadi, mengurainya hingga bisa dipahami akar permasalahan yang sesungguhnya. Merekalah mahasiswa sejati yang akan menghentikan penjajahan non fisik hari ini untuk menyelamatkan generasi sekarang dan mendatang.

Sehingga sudah saatnya mahasiwa tidak lagi tereuforia oleh kesuksesan sejarah, dengan meneladani perjuangan mahasiswa pahlawan Sondang Hutagalung kinilah saatnya mahasiswa bangkit dari stagnasi pergerakan dan bangun dari tidur panjangnya untuk kembali mengukir sejarah baru ditengah bangsa yang tengah krisis karakter dan kepribadian, di tengah bangsa yang merindukan supremasi hukum dan esensi kemerdekaan yang nyata. Mungkin sang revolusioner itu telah pergi, tapi namanya tetap hidup dengan warisan semangat perjuangan yang harus dilanjutkan perjuangannya oleh mahasiswa, cepat atau lambat.

Sumur Abar, 15/12/2011

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More