This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 08 November 2012

MASALAH & SEGENGGAM GARAM

Sumur Abar - Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang tengah tertimpa masalah yang bertubi-tubi. Ia berjalan dengan langkah yang gontai dengan mimik yang suram. Orang ini memang terlihat seperti sedang bersedih juga tidak bahagia. Melihat orang tua yang berdiri tidak jauh darinya, pemuda itu menghampiri dan menceritakan permasalahannya kepada orang tua itu. Pak tua yang bijak hanya mendengarkan kisah yang diceritakan oleh pemuda itu kemudian mengambil segenggam garam dan meminta pemuda itu untuk mengambilkannya segelas air. Ditaburkanlah garam tersebut ke dalam segelas air yang dibawakan oleh pemuda itu sambil berkata, “Coba.. minum ini dan katakan bagaimana rasanya?” ucap pak tua itu. “Pahit! Pahit sekali!’ balas pemuda itu sambil meludah ke samping. Pak tua itu tersenyum lalu membawa pemuda itu untuk berjalan-jalan berdampingan ke tepi telaga. Sesampainya di tepi telaga, pak tua itu kembali menaburkan segenggam garam kedalam telaga itu lalu mengaduknya dengan sepotong kayu hingga tercipta riak air. Kemudian pak tua itu kembali berkata. “Coba, ambil air dari telaga ini dan minumlah.” Setelah si pemuda selesai meminum air tersebut pak tua itu kembali bertanya kepada si pemuda, “Bagaimana rasanya?” “Segar!” balas si pemuda. “Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu, anak muda?’ ‘Tidak.” Timpal kemudian dengan penuh heran dengan maksud pertanyaan si pak tua. Kemudian dengan bijak, pak tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda itu sembari mengajaknya untuk duduk bersimpuh di tepi telaga itu. “Anak muda, dengarkanlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung kepada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang dapat kita lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.” Lalu pak tua itu kembali memberikan nasehat, “Hatimu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu merendam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.” Lalu keduanya beranjak pulang pada hari itu. Si Pak tua kembali menyimpan “segenggam garam” untuk anak muda lainnya yang sering datang kepadanya dengan membawa keresahan jiwa. Seringkali ketika kita menghadapi masalah, kita mengeluh, betapa berat masalah kita, betapa sulitnya masalah itu dilewati. Padahal harus kita renungi bersama; mungkinkah Allah mempersiapkan masalah untuk kita tanpa mempersiapkan diri kita lebih dulu?; mungkinkah Allah melimpahkan masalah di luar batas kemampuan kita?; mungkinkah Allah memberikan masalah tanpa memberikan pula jalan keluarnya?; mungkinkah Allah tidak mengangkat derajat orang-orang yang mampu melewati masalah dengan baik? Maka sesungguhnya masalah adalah cara Allah mendidik kita, kita ingin kuat Allah berikan masalah agar kita semakin kuat. Maka jadilah orang yang kuat sehingga apapun menjadi mudah dilaksanakan, sehingga doa yang baik bukanlah, “Allah, mudahkanlah urusanku” karena itu hanya membuatmu lemah dan manja, dalam setiap keadaan kamu akan merasa berat dan berpikirain instan untuk menginginkan segala sesuatu yang mudah dan praktis. Tapi berdoalah, “Allah, kuatkanlah aku” dan kamu menjadi orang yang kuat untuk menghadapi berbagai masalah yang akan terasa ringan, berat pun menjadi sebuah tantangan yang mengesankan. Sumur Abar, 8/11/2012

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More