This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 13 Juni 2012

Lionel Messi : Kelainan Hormon Antarkan Menjadi Pemain Sepak Bola Terbaik Dunia



Sumur Abar - Mustahil para penggemar sepak bola saat ini apabila tidak mengenal nama Lionel Messi. Seorang pemain bertinggi 169 cm dan berjuluk si kutu ini adalah fenomena dalam sepak bola modern. Ia adalah pemain terbaik dunia saat ini, terbukti dengan kedigdayaan Barcelona serta perolehan penghargaan pribadinya yaitu hingga saat ini telah menyabet empat trofi Ballon D’or, yang seolah menegaskan statusnya sebagai pemain terbaik dunia sekolong jagad.

Namun tahukah Anda bahwa ia dulunya adalah sesosok anak kecil yang ringkih dan terbelakang fisik sehingga pernah ditolak oleh tim sepak bola di negaranya, Argentina? Messi lahir dan besar di Rosario, 300 kilometer sebelah barat laut dari Buenos Aires. Ia lahir dengan kelainan hormon yang membuat tubuhnya tak bisa tumbuh seperti anak-anak seusianya. Kondisi fisik itu membuatnya terbuang dari sepak bola.

Menurut The Mirror, pada hari pertama sekolah dasarnya, Messi dilarang ikut bermain sepak bola oleh pelatih karena badannya terlalu kecil. “Pada masa kecilku, aku mengalami masa-masa sulit karena masalah hormon,” kata Messi, yang oleh kakaknya, Rodrigo, dijuluki “kutu”. Masalah hormon inilah yang mengakibatkan tingkat pertumbuhan Messi sangat tidak normal karena sangat terlambat, sehingga terlihat ukuran fisik Messi lebih kecil daripada teman-teman sebayanya.

Pada 1995, dalam usia delapan tahun, Messi diminati River Plate. Namun, River Plate tak jadi merekrut Messi karena keberatan membayar biaya pengobatan bulanan Messi yang mencapai 500 poundsterling atau sekitar Rp 7 juta. Messi tampak semakin mustahil menjelajahi lebih luas dunia sepak bola, ketika tim medis klub itu mengatakan kepada keluarganya bahwa Messi hanya bisa tumbuh setinggi tak lebih dari 140 sentimeter.

Karena kondisi ekonomi, ayah dan ibu Messi menyerah. Jangankan membiayai perawatan Messi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Messi dan tiga saudaranya saja, Jorge dan Celia, mereka kesulitan. Keadaan Messi dan keluarganya tak tampak akan membaik. Sampai saat Messi berusia 12 tahun, sanak keluarganya yang tinggal di Catalonia mendaftarkan Messi untuk mengikuti uji coba di Barcelona. Direktur Barcelona saat itu, Carlos Rexach, terbang melintasi benua dan tidak menyesal. “Saya memanggilnya dan, sebagai ungkapan simbolis (ikatan kontrak), saya memintanya membubuhkan tanda tangan di atas sebuah kertas,” kenang Rexach. Setelah Barcelona setuju menjamin semua biaya perawatannya, Messi berangkat ke Spanyol dengan ayahnya dan masuk tim U-14 Barcelona pada tahun 2000.

Pada pertandingan pertamanya, Messi mencetak lima gol. Sekarang, Messi sudah setinggi sekitar 169 sentimeter dan telah mengoleksi beberapa gelar La Liga, tiga trofi Liga Champions, medali emas olimpiade, dan menurut Forbes memiliki kekayaan senilai 20 juta poundsterling atau sekitar Rp 282 miliar. Namun, menurutnya, ia akan tetap hidup seperti biasa, menikmati sarapan berupa danish pastry dan segelas kopi, misalnya. “Aku suka hidup sederhana. Aku manusia pada umumnya. Aku mengendarai mobil yang disediakan klub,” kata Messi, yang kini memiliki yayasan amal untuk kesehatan dan pendidikan anak-anak bernama “The Leo Messi Foundation”.

“Aku tidak membaca buku. Hal istimewa bagiku adalah mencetak gol. Aku suka merayakannya bersama teman-teman dan rekan tim. Aku menyukai kegiatan amalku dengan yayasan yang membantu anak-anak di seluruh dunia.” Di halaman biografinya di jejaring sosial Facebook, ia mengatakan, “Berapa pun jumlah gelar, trofi, dan penghargaan, aku akan selalu menjadi anak-anak yang tumbuh di Rosario, Santa Fe, Argentina.”

“Aku belajar berjalan di sana sehingga bisa mengejar impianku. Pernah ada yang mengatakan kepadaku, aku tak akan pernah menjadi pesepak bola.” “Menjadi lebih kecil dari yang lain membuatku berusaha menjadi lebih cepat. Pencemooh, pengkritik, dan penentang membuatku lebih memiliki tekad dari sebelumnya. Dengan dukungan keluarga, aku pindah ke Spanyol dengan kesempatan bermain untuk Barca. Ini adalah kesempatan menjadi pemain yang selalu kuimpikan dan bisa aku alami,” tuturnya.

Kini Messi membuktikan bahwa kekurangan dalam hidup bukanlah penghalang untuk sukses. Justru kelainan hormon yang pernah diderita berhasil mengantarkannya menjadi pesepak bola terbaik sejagad dan sepanjang masa dengan perolehan empat kali gelar Ballon D’or hingga di tahun 2014 ini. Prestasi yang belum dan nyaris sulit untuk dapat disamai oleh pemain-pemain lainnya. Bahkan bisa jadi perolehan gelar pemain terbaik dunia itu akan terus bertambah mengingat usianya yang masih muda.

Semua gelar telah dirasakan oleh Lionel Messi, tinggal gelar World Cup bagi Argentina lah yang belum didapatkan Messi untuk melengkapi statusnya sebagai pemain terbaik sekolong jagad. Messi mengajarkan kepada khalayak bahwa kekurangan bisa menjadi kelebihan, bahkan bisa mengantarkan seseorang ke puncak panggung dunia.

Sumur Abar, 13/06/2012

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More